MajalahCSR.id – Hingga sekarang, teknologi pengolahan limbah plastik belum ada yang mampu mengolah seluruh limbah secara efektif. Hanya sebagian kecil limbah plastik yang terolah sementara sisanya tetap tercecer mencemari lingkungan. Situasi ini diperburuk dengan tidak berkurangnya konsumsi plastik baik oleh masyarakat maupun para pelaku industri.
Untuk lebih peduli pada bahaya limbah plastik pada ekosistem darat dan laut, sebuah gerakan inisiatif tiap tahunnya menggelar “penghargaan” bagi industri yang berkontribusi pada pencemaran plastik. Dikutip dari inhabitat, adalah organisasi Break Free from Plastic (BFFP) yang berada di balik ajang tersebut. Jadi, siapa saja yang dianggap turut berkontribusi terhadap pencemaran sampah plastik?
Di peringkat ketiga dengan 8.633 kemasan produk limbah plastik adalah Nestle. Limbah tersebut ditemukan di 37 negara. Posisi kedua direbut oleh PepsiCo dengan 5.155 limbah plastik di 43 negara. Dan peringkat pertama ditempati oleh… Coca Cola yang kemasan limbah plastiknya berjumlah 13.834 dan tercatat di 51 negara.
Pada tahun ini, sebanyak 14.734 sukarelawan di 55 negara mengaudit 575 merek untuk gerakan BFFP global. Sebanyak 346.494 limbah kemasan plastik ditemukan para sukarelawan , 63% diantaranya dikenal sebagai “consumer brand”.
Pada posisi 10 besar tercatat merek global lain seperti Unilever, Mondelez International, Mars Inc., Procter & Gamble, Phillip Morris International, Colgate – Palmolive, dan Perfetti Van Melle. BFFP memberi gelar “Top Global Polluters” pada mereka dimana limbah kemasan plastik sekali pakainya tercecer di berbagai belahan dunia dengan jumlah besar. Peringkat itu mirisnya disebutkan nyaris tak berubah dari tahun ke tahun.
Di saat banyak perusahaan menandatangani kesepakatan “New Plastic Economy Global Commiment” agar mengurangi pemakaian limbah plastik sekali pakai – termasuk PepsiCo dan Nestle – tindak lanjutnya disebut masih jauh dari harapan. Laporan terbaru dari Elle McArthur mengungkap, penandatanganan tersebut untuk mengurangi pemakaian plastik hanya sebesar 0,1% dari 2018 ke 2019. Dengan angka tersebut, bumi diperkirakan baru bisa mencapai emisi karbon netral lebih kurang pada 1.000 tahun ke depan.
“Perusahaan pencemar limbah plastik mengklaim sudah bekerja keras untuk mengatasi soal polusi plastik, namun tetap saja mereka melanjutkan kiprahnya memakai plastik sekali pakai,” sesal Emma Priestland, Koordinator Kampanye BFFP Global. “Kita perlu menghentikan produksi plastik sekali pakai setahap demi setahap, menggantinya dengan cara yang lebih aman, termasuk memakai sistem daur ulang yang standard. Coca Cola, PepsiCo, dan Nestle seharusnya menjadi pionir dalam menemukan solusi yang tepat.”