banner
Berita

“Saya Pilih Bumi” Ajak Peduli Lingkungan Dalam Program #RamadhanHijau

2092 views

“Bumi adalah amanah. Ramadhanku untuk menyayangi bumi, bukan melukainya.” Demikian sebuah post dibagian oleh page facebook Saya Pilih Bumi (SPB). Post ini sekaligus mengajukan tantangan untuk melakukan kebaikan selama Ramadhan yakni memberi manfaat bagi bumi dan ciptaan Tuhan yang lain. Tantangan menggunakan tagar #RamadhanHijau tersebut diluncurkan pada 4 Mei 2019 lalu.

Salah satu fakta yang dipaparkan SPB terkait Ramadhan adalah sampah yang melimpah di Masjid Istiqlal. Selama Ramadhan, kegiatan Masjid Istiqlal di Jakarta meningkat secara signifikan dan sejalan dengan itu, jumlah sampah melonjak hingga dua kali lipat. Selain sebagai masjid yang bersejarah di Indonesia dan dibanjiri umat Muslim dari penjuru Ibu Kota untuk beribadah pada bulan suci, juga karena Masjid Istiqlal menyediakan buka puasa dan sahur gratis. Ditambah lagi sampah dari dagangan para pedagang yang berjualan di halaman dan sekitar Masjid Istiqlal.

Membersihkan masjid menjadi salah satu tantangan yang diajukan oleh SPB. Tak lain agar dapat beribadah di tengah lingkungan yang sehat dan bersih. Sejumlah ajakan juga dibagikan dalam grafis yang menarik. Seperti ajakan untuk makan di tempat saat berbuka dan sahur, dan bukan memakai kemasan yang hanya akan menyisakan sampah. Ada pula ajakan untuk ngabuburit dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk lingkungan seperti berdiskusi tentang dampak sampah bersama Komunitas Peduli Ciliwung di sisi sungai Ciliwung. Kegiatan tukar baju juga ditawarkan sebagai alternatif pada jelang perayaan Idul Fitri yang biasanya dibarengi dengan keinginan memiliki baju baru.

Saya Peduli Bumi merupakan sebuah gerakan yang dilahirkan oleh National Geographic Indonesia (NGI), dengan visi menjadi bagian gerakan perubahan masyarakat lewat edukasi, aksi, dan kolaborasi. Tujuannya mengajak semua orang untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Tak sekadar buang sampah pada tempatnya, namun juga mengurangi pemakaian plastik dan produk sekali pakai.

“Semuanya adalah rangkaian cerita yang sudah sejak lama dibangun NatGeo melalui edukasi popular science. Namun sayang sekali jika tidak ada gerakannya. Maka kami buatkan sebuah gerakan atau kampanye, tepat saat kami mengeluarkan edisi Bumi Atau Plastik,” ungkap Diky Wahyudi Lubis saat dihubungi tim redaksi. Diky merupakan founder movement sekaligus koordinator nasional untuk kampanye SPB.

Sejak 2013 NGI membuat liputan tentang lingkungan secara berkelanjutan. Dimulai dari isu 7 miliar manusia, perubahan iklim, serta isu plastik dan mikroplastik yang mencemari lingkungan. Lalu pada Juli 2018, secara global National Geographic mengeluarkan edisi Bumi Atau Plastik. ”Edisi tersebut menjadi momentum mulai dilakukannya kampanye, lewat sebuah pertanyaan: Bumi atau Plastik? Maka jawabnya: #SayaPilihBumi,” ujar Diky yang juga adalah Community Specialist and Campaigners NGI.

Sejauh ini SPB belum menjadi sebuah komunitas, baru sebatas gerakan yang berafiliasi dengan berbagai komunitas dan individu. Namun menurut Diky, sebuah community hub sudah terbentuk, yakni di Kupang (sayapilihbumi.kupang). Rencananya akan menyusul daerah lain, yakni Denpasar, Bandung, dan Medan.  

Pada program Ramadhan tahun ini, SPB bersinergi dengan beberapa komunitas seperti Sustaination, Hijau_id, lindungihutan.id, dan zerowastenusantara. Gerakan peduli bumi ini tak akan berhenti pada bulan Ramadhan saja, tapi akan berkelanjutan.

banner