banner
Tokoh

Restu Pratiwi; Sang Pendekar Pasar Rakyat

1367 views

Perbincangan kami di Selasa (08/01/19) siang itu berlangsung santai. Venue di kedai kopi ternama di kawasan Kuningan turut pula mendukung obrolan ringan kami. Restu Pratiwi demikian nama lengkap tokoh MajalahCSR minggu ini. Mengaku menyenangi pekerjaannya yang berhubungan dengan pembangunan kemasyarakatan.

Dia tercatat pernah menjadi konsultan sosial kemasyarakatan di berbagai lembaga/organisasi, baik swasta maupun nirlaba, nasional maupun internsional, di antaranya di Bill and Melinda Gates Foundation, World Bank, PT Newmont Nusa Tenggara, dan lain-lain, dan pernah bekerja sebagai Community Development Specialist di BHP Billiton, dan Project Development Specialist with the United Agency for International Development (USAID) kantor Jakarta.

Nyaris lima tahun (4,9 tahun), perempuan berkacamata ini menakhodai Yayasan Danamon Peduli. Selama berkiprah di Danamon, dia berhasil mengangkat pamor program Pasar Sejahtera yang merupakan jenis program unggulan CSR corporate satu-satunya di Indonesia. Keluar masuk pasar rakyat dilakoninya demi mengangkat martabat pasar sebagai salah satu ujung tombak roda perekonomian bangsa. Beragam pekerjaan di berbagai institusi bonafide sudah dirasakan perempuan ini. Hingga akhirnya ia memutuskan bergabung dengan Danamon Peduli  sebagai Direktur Eksekutif pada awal 2014.

Danamon Peduli  merupakan organisasi bentukan Danamon Group sebagai upaya perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosial (CSR) kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya, Danamon Peduli  memiliki beragam program, salah satunya Program Pasar Sejahtera (Sehat, Hijau, Bersih, dan Terawat). Selain bertujuan mengembalikan fungsi pasar rakyat (dulunya pasar tradisional) sebagai ajang kegiatan ekonomi, program ini mendorong pasar memenuhi standar SNI 8152:2015 Pasar Rakyat yang dicanangkan pemerintah.

 

Danamon Peduli

Berbeda dengan departemen CSR di perusahaan lain, Yayasan Danamon Peduli  yang didirikan tahun 2007, terpisah dari induk perusahaan. Hal ini menjadikan Danamon Peduli  leluasa menjalankan programnya, namun tentu saja tetap dalam koridor visi dan misi perusahaan induk.

“Yayasan ini punya tata kelolanya tersendiri,”cetus Restu. “Struktur dan tata kelola Yayasan Danamon Peduli  terdiri dari Dewan Pembina, Dewan Pengawas, dan Dewan Pengurus.” Ketiga organ ini bersinergi satu sama lain dalam pengelolaan Yayasan untuk memastikan keberhasilan pengelolaan dan pelaksanaan program-program Yayasan.

Setiap organ memiliki fungsi tertentu dalam mendukung Yayasan. Dewan pengurus bertindak sebagai pengelola kegiatan operasional Danamon Peduli sehari-hari. Secara berkala dewan pengurus melaporkan setiap kemajuan yang sudah dicapai Yayasan. Rapat Dewan Pembina dan Rapat Dewan Pengawas juga dilakukan secara berkala untuk menentukan arah pengelolaan program, mengevaluasi efektivitas program, dan menetapkan rencana program ke depan.

Lantas apa yang dibenahi seorang Restu saat pertama bergabung? “Hal yang dilihat di awal adalah melakukan pemetaan internal, dari aspek teknis dan non teknis (administratif), lalu melakukan pemetaan isu,” Restu mengungkapkan. Pemetaan administratif yang ia lakukan termasuk melihat AD/ART. Salah satu contoh perubahan yang dilakukan, menyiapkan AD/ART (termasuk kebijakan dan SOP) agar selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan lanjutan Millenium Development Goals (MDGs).

“Hasil pemetaan menunjukkan apa yang perlu diperbaiki dan apa yang semestinya diperkuat,”cetus Restu. Program-program yang dijalankan Danamon Peduli, lanjut Restu, sudah sejalan dengan visi misi induk perusahaan. Mengambil peran dalam CSR yang bergelut dengan revitalisasi pasar rakyat. Selain soal pasar, ada subprogram yang juga menjadi perhatian Danamon Peduli, yaitu soal lingkungan bertemakan Bulan Kepedulian Lingkunganku (BKL). Selanjutnya ada Program Cepat Tanggap Bencana dan Pelestarian Ikon Regional (PIR).

Di awal, terdapat lima pilar dalam program Danamon Peduli, yaitu Pasar Sejahtera, BKL, PIR, CTB dan Knowledge Management. Namun, atas pertimbangan tak lagi relevan, program pelestarian ikon regional akhirnya dihentikan. “Lewat persetujuan Dewan Pembina, Pengawas, dan Pengurus lima pilar tersebut dirampingkan menjadi tiga: Pasar Sejahtera, Peduli Lingkungan, dan CTB sambil terus melihat apakah masih relevan dan kontekstual,”ungkap perempuan lulusan Master Degree dari University of Hawaii, Manoa ini.

“Setelah melalui proses diskusi internal yang intensif dengan dewan akhirnya diputuskan penguatan program pasar yang sudah ada dengan penambahan, terutama di aspek promosi.”

Sejatinya program pasar rakyat sebelumnya sudah ada. Namun, menurut Restu, belum sepenuhnya melibatkan komunitas pasar. Komunitas pasar yang dimaksud bukan hanya pedagang dan pengelola, namun juga pembeli dan masyarakat umum lainnya. Dari situ, Restu dan tim mengkreasikan kegiatan yang bertema Jelajah Pasar Rakyat Nusantara dengan aktivasinya berupa Festival Pasar Rakyat (FPR). FPR bertujuan untuk menghidupkan kembali pasar rakyat sebagai salah satu fondasi ekonomi bangsa dan juga ruang publik.

“Menjadikannya (Jelajah Pasar Rakyat Nusantara) berjalan sesuai harapan, tentunya melalui proses pembelajaran.” Pertama-tama, beber Restu, pihaknya melakukan sendiri kegiatan Festival Pasar Rakyat tersebut. Namun karena keterbatasan sumber daya, pada tahun kedua Danamon Peduli mengajak event organizer guna mengeksekusi program. Dengan mengajak pihak vendor, Restu mengaku bisa melaksanakan 6 event dalam setahun. Padahal di tahun sebelumnya (tahun 2015), timnya hanya mampu menggelar 4 event saja selama setahun.

Pemilihan pasar sebagai lokasi acara Festival Pasar Rakyat, ternyata tak asal tunjuk. “Kami melakukan survei terlebih dulu,”Restu menegaskan. Salah satu parameter penunjukan lokasi adalah ada tidaknya cabang Bank Danamon atau Adira di lokasi tersebut. Selain itu, dilihat pula animo dan komitmen pemerintah setempat untuk bekerja sama dalam penyelenggaraan acara.

Tak semua pemerintah setempat yang menyambut tawaran kerja sama. “Namun pada umumnya tetap menyambut baik program pasar yang kami ajukan.” Mereka menyadari bahwa pasar rakyat penting bagi kemajuan perekonomian setempat. Ini adalah hasil advokasi yang dilakukan Danamon Peduli. Faktanya, jumlah pasar yang terus menurun akibat munculnya pasar retail modern yang lebih nyaman dan juga alih fungsi lahan yang terjadi. Restu berharap, hal ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak untuk mengembalikan fungsi pasar rakyat  sebagai pusat kegiatan ekonomi yang nyaman dan aman.

Festival Pasar Rakyat merupakan langkah edukasi agar masyrakat dan pihak lain menyadari arti pentingnya pasar. Pasar rakyat selama ini dijadikan tolak ukur inflasi bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di daerah. “Di Manado, naiknya harga cabe di pasar bisa jadi indikator kemunculan inflasi, sama halnya di Sumatera Barat,”cetus Restu.

Tahun berikutnya atau tahun 2016, Danamon Peduli  kembali menggelar festival pasar rakyat. Festival Pasar Rakyat kali ini melakukan terobosan dengan mengajak komunitas lokal untuk berpartisipasi. Hal ini sebagai buah evaluasi pelaksanaan sebelumnya dimana partisipasi komunitas lokal minim akibat adanya vendor event organizer. Saat eksekusi dilaksanakan, sambutan masyarakat lokal justru luar biasa baik.

“Di kota Pontianak, Festival Pasar Rakyat berlangsung sukses dan meriah.” Awalnya, aku Restu, warga sempat meragukan apakah festival bisa dilaksanakan di pasar yang notabene bau, kotor, pengap. Akan tetapi di luar dugaan, karena melibatkan komunitas lokal, beragam atraksi unik dan menarik, menyedot ribuan pengunjung lokal maupun wisatawan asing. Salah satu atraksi yang menarik adalah pemuda pemudi yang menari dan meragakan busana di atas perahu kecil yang melintasi Sungai Kapuas di mana terdapat pasar. Dalam festival ini tidak hanya komunitas dan pemerintah setempat yang terlibat, tapi juga kesultanan setempat.

Selain berhasil dalam pelaksanaan, yang paling membanggakan, terbukanya komunikasi antara pihak komunitas dengan pemerintah setempat. Padahal awalnya komunitas keberatan bekerja sama dengan dinas pemuda dan olahraga setempat. Berkat  dorongan semangat dari Danamon Peduli, mereka akhirnya sukses berkolaborasi.

Tujuan utama dari program Pasar Sejahtera adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di pasar rakyat sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat. “Akan tetapi pengertian pasar sehat hanya mencakup satu aspek” aku Restu. Dalam perkembangannya, munculah SNI 8152:2015 Pasar Rakyat yang merupakan standard baru dalam pengelolaan pasar rakyat.

Dalam standarisasi ini mencakup tiga aspek yang harus dipenuhi, yaitu aspek umum, teknis, dan pengelolaan pasar. Bahkan penyelengaraan pasar sehat seperti yang tertuang dalam peraturan Kementerian Kesehatan sudah terintegrasikan di dalamnya.  “Ketiga aspek itu yang harus dipenuhi oleh sebuah pasar agar meraih SNI,” papar Restu. Danamon Peduli melalui program Pasar Sejahtera (Sehat, Hijau, Bersih, dan Terawat) mendorong pasar binaannya agar berstandard SNI. Dan inilah tujuan akhir dari program Pasar Sejahtera yang dicanangkan.

Apakah berarti dari seluruh program yang dimiliki, Pasar Sejahtera yang paling berhasil?

“Pasar Sejahtera Danamon Peduli  merupakan program pendampingan yang intensif,” kata Restu. Danamon sendiri, ungkap Restu, sebelumnya sudah terkait dengan pasar. Dulu Danamon punya divisi Bisnis Kredit Mikro yang (salah satunya) diperuntukkan bagi pedagang pasar. Sehingga, program CSR pun diarahkan ke pembinaan di  pasar.

“Program Pasar Sejahtera kreasi Danamon Peduli, tidak dimiliki oleh CSR perusahaan lain.“ Hal itu disebabkan, mengurusi pasar sangat ngejelimet, karena selain mempelajari keunikan karakteristik pasar juga melibatkan banyak pihak, termasuk organisasi perangkat daerah (OPD) yang memiliki tugas  pokok dan fungsi di pasar.  Selain itu yang jadi tantangan, adalah soal perubahan perilaku komunitas pasar. Meskipun berada di lingkungan pasar, mereka kebanyakan tak punya rasa memiliki terhadap lingkungannya. Salah satunya, buang sampah sembarangan sudah jadi kebiasaan yang menahun.

“Mengubah perilaku warga pasar tak cukup dengan himbauan, tapi harus berproses dengan pendampingan yang intensif,”Restu menambahkan. Tantangan selanjutnya adalah melibatkan pemerintah dan pihak lain. Tak mudah mengajak pemerintah maupun pihak berkompeten terlibat langsung dalam  penanganan pasar.

 

Pekerjaan dan Passion

Apa yang mendorong perempuan kelahiran Cimahi ini bergabung di Danamon?

“Salah satu pertimbangan saya bergabung ke Danamon, tertarik dengan isu yang menyangkut ekonomi kemasyarakatan,”ungkap Restu. Kesamaan isu yang diangkat dengan passion dalam bekerja, memutuskannya untuk bergabung. Danamon dalam pelaksanaan CSR-nya tidak hanya sekadar menaati peraturan, tapi juga diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang terukur. Jadi bukan hanya bisnis semata, tapi juga punya misi sosial.

Saat ditanya apa yang belum sempat dilakukan selama bekerja di Danamon, Restu menjawab diplomatis. Karena keterbatasan dia dan timnya, ada beberapa pasar dampingan yang belum ter-SNI-kan. Namun bukan berarti timnya tak bekerja maksimal, melainkan faktor-faktor lain, di antaranya prosedur  birokrasi yang justru menghambat.

“Saya (sebenarnya) agak “berat” (lepas dari Danamon), (karena) meninggalkan pasar yang belum meraih SNI atau tidak mencapai tujuannya,” sesal Restu.  Proses penyerahan status pengelola dari pemerintah pusat ke daerah yang tak menentu (terhambat birokrasi) juga jadi salah satu kendala. Ke depannya Restu berharap, dirinya harus lebih komprehensif dalam melakukan assesmen dalam program CSR manapun.

Selama hampir 5 tahun bekerja di Danamon Peduli, dirasakan Restu cukup untuk mengawali tantangan lainnya. Ada hal yang diharapkan perempuan berbintang Cancer ini terhadap kantor lamanya di Danamon Peduli.

“(Punya)Tujuan. Saya berharap teman-teman di Danamon Peduli punya tujuan/visi misi (yang kuat),” tegas Restu. Tak hanya untuk tim Danamon, tapi juga untuk partner atau mitra kerja yayasan.

Lepas dari Danamon Peduli, Restu akan melanjutkan kariernya di salah satu proyek USAID. Apa alasan yang membuatnya pulang kandang?

“Saya selalu ingin belajar hal baru dimanapun berada dan tidak pernah berhenti (untuk belajar),” Restu menegaskan. Ada banyak aspek yang dipelajari, mulai dari aspek kemitraan, kelembagaan, pengelolaan tim, yang akan dibawanya dimanapun dirinya bekerja.

Satu nilai yang tak pernah dirinya tinggalkan adalah integritas dan konsistensi. We do what we say.  “Banyak pemerintah daerah yang punya visi dan misi tapi hanya ucapan saja tidak terefleksi dalam keseharian,” kritiknya.

“Saat mereka mengatakan peduli namun faktanya berkebalikan, atau ingin bekerja sama, tapi (merealisasikannya) sulit sekali,” katanya menyesalkan.

Berupaya untuk mencintai pekerjaan adalah cara seorang Restu dalam menyeimbangkan kehidupan karir dan personal, bukan sekadar kerja karena harus bekerja. Sikap ini yang bisa membantunya mengurangi stress akibat tuntutan pekerjaan. Dan nilai serta sikap ini pula yang ditularkannya kepada keluarga tercinta.

(Foto: Josephus Primus: kompas.com)

banner