MajalahCSR.id – Setelah berabad-abad mencari teknik berbeda dan ragam bahan kimia guna membersihkan karya seni secara tepat, para ilmuwan menemukan cara lain yang justru lebih ramah lingkungan dan tersedia di alam: bakteri.
Padahal, awalnya bakteri disinyalir penyebab rusaknya sejumlah karya seni. Dituduh menggerogoti lukisan kanvas sejarah para maestro pelukis dunia. Tapi tudingan ini sepertinya keliru. Para ahli sudah mempelajari bagaimana memanfaatkan bakteri menguntungkan untuk membersihkan dan merestorasi karya seni besar dari masa lalu. Belakangan, teknik ini dipakai pada patung pahat karya seniman legendaris, Michelangelo.
Badan nasional teknologi baru Italia, The Italian National Agency for New Technologies (ENEA), mulai bereksperimen memakai mikroorganisme. Mereka melakukan “biocleaning” untuk membersihkan makam di Florence, yang dibuat oleh Michelangelo, agar kotoran dan noda yang menempel pada batu bisa dihilangkan. Pembersihan patung ini adalah salah satu bukti bahwa cara restorasi karya seni ini bisa lebih efektif dibandingkan cara lain yang pernah dipakai sebelumnya.
Semua ini berawal dari dekade 1990an, saat Giancarlo Ranalli, ahli mikrobiologi, bekerja di kota Pisa di lembaga Technical Commission for Restoration. Tugasnya mengungkap sejauhmana mikroorganisme bisa merusak karya seni. Ranalli dan tim saat itu bertugas untuk merestorasi Camposanto Monumentale, sebuah komplek pemakaman kuno yang dihiasi cat asli dari masa lampau dan beragam ukiran menawan. Pemakaman ini sempat hancur terkena ledakkan bom pada perang dunia kedua. Proses restorasi sangat sulit karena pemakaman tersebut memakai lem dari binatang dan tercerai berainya artefak di lokasi.
Metode restorasi biasa tidak berhasil karena tak berdampak terhadap zat kimia tradisional di sana. Sampai akhirnya anggota tim menanyakan pada Ranalli, bisakah dirinya menggunakan bakteri untuk mengatasi kesulitan itu. Ranalli lantas mencoba tekniknya dengan melapisi seluruh lukisan di dinding komplek dengan material organik. Ranalli awalnya bereksperimen dengan banyak bakteri, sampai akhirnya dia menemukan bakteri yang tepat: Pseudomonas stutzeri, strain 29. Bakteri ini mampu membersihkan lem hewani.
Tak sekedar di Italia, keampuhan bakteri temuan Ranalli ini juga terbukti di Spanyol. Sejumlah tim restorasi membersihkan gereja terkenal dan bernilai histori tinggi, Santos Juanes Church. Karena faktor usia yang sudah berabad-abad, interior gereja itu tertutupi debu dan lem hewan dari hasil restorasi sebelumnya. Mereka lalu memanfaatkan bakteri Pseudomonas. Hasilnya, bakteri ini memakan semua debu dan lem hewan, menjadikan interior gereja seakan kembali baru.
Silvia Borghini, konservator di National Roman Museum mengatakan, bakteri selama ini memiliki predikat buruk karena direlasikan sebagai penyebab infeksi. Namun, pada kenyataannya bakteri tidak seburuk itu.
“Hanya sebagian kecil bakteri, adalah patogen (merugikan),” tutur Borghini pada CNN. “Lebih dari 95% persen bakteri justru tidak membahayakan manusia.”
Borghini bahkan menggunakan gel yang terdiri dari banyak bakteri untuk membersihkan patung-patung di taman di lokasi National Roman Museum. Bahkan marmer museum dibersihkan dengan cara yang sama dengan media cukup sikat pembersih. Borghini menyebut bakteri sangat mudah dipakai dan mampu membersihkan artefak secara maksimal.
“Bakteri tidak mengancam lingkungan, tidak beracun bagi manusia atau bahkan bunga-bunga di taman. Benar-benar sempurna!” pujinya.