banner
Ilustrasi Mengubah Limbah Plastik Menjadi Sumber Protein. Foto : Youtube screenshot dari Mr. Scientific
Wawasan

Protein Konsumsi yang Berasal dari Plastik, CO2, dan Limbah Pangan (Bagian I)

745 views

Krisis global terus menggelayuti bumi saat ini. Beberapa krisis itu diantaranya:

Satu, bumi kita yang terus terbebani oleh polusi plastik.

Dua, pertumbuhan populasi bumi yang terus berlipat dan diperkirakan melewati 9 miliar orang pada 2050 mendatang (dan 11,2 miliar pada 2100) mengacu prediksi PBB. Kondisi ini meningkatkan kebutuhan ketersediaan pangan, dan menjadi tekanan pada sistem pangan dunia yang boleh jadi berujung pada krisis pangan.

Tiga, persoalan karbon dioksida di atmosfir yang tak pernah selesai dan memicu perubahan iklim dan pemanasan global; dan

Empat, limbah makanan kian berlebihan, terutama di sektor pertanian. Sekedar contoh, lembaga PBB  memproduksi 88 juta ton limbah pangan pada 2017, dan  tiga puluh persen diantaranya berasal dari proses produksi di lahan pertanian. Sementara di negara maju seperti Amerika, menurut data World Food Program, rata-rata orang per bulan menghasilkan 10 kilogram limbah makanan. Mengacu pada konteks global, jumlah pemborosan pangan mencapai 1,6 gigaton, di mana 1,3 gigaton diantaranya masih layak konsumsi.

Melansir Intelligentliving, terdapat satu solusi terhadap permasalah di atas: produksi protein konsumsi. Limbah plastik, karbon dioksida yang mencemari udara, dan produk samping pertanian yang berakhir di tempat sampah, ternyata dapat diubah menjadi protein yang dapat dikonsumsi manusia dan hewan, sekaligus mengurangi potensi krisis pangan. 

Memecahkan Masalah Plastik dan CO2

Ahli biologi dari Universitas Michigan, AS, Stephen Techtmann dan Ting Liu, pakar bioengineering dari Universitas Illinois, AS, bekerja sama mengubah limbah plastik menjadi makanan. Keduanya benar-benar mengolah makanan dari sampah yang berbuah penghargaan US$1 juta dolar dalam ajang Future Insight Prize. Teknologi yang dipakai melibatkan sebuah generator yang terisi mikroba dan mengubah plastik menjadi protein layak konsumsi. Memang terdengar tak menggugah selera, tapi protein yang dihasilkan sama dengan protein yang selama ini kita konsumsi.  

Sebelumnya, Largus Angenent dan kolega di University of Tübingen mengembangkan sebuah metode yang juga melibatkan mikroba guna menangkap CO2. Hasil dari proses ini pun adalah protein layak konsumsi yang sesuai dengan konsep ekonomi sirkular. Mikroba berhasil meluruhkan karbon dalam ikatan CO2 menjadikannya protein yang bisa dimakan.

Lainnya, perusahaan asal Finlandia, Solar Foods, juga tercatat sukses  memproses CO2 menggunakan listrik dari sumber keberlanjutan menghasilkan bahan olahan masakan yang terlihat seperti tepung terigu di mana kandungan proteinnya mencapai 50%.

– Bersambung

banner