banner
Dok. ASM
Berita

Pendidikan Karakter Bagi Anak Sabang Merauke

1663 views

Jakarta – Majalahcsr. Pendidikan karakter bisa diterapkan sejak dini. Namun selain di sekolah, baiknya anak-anak diberikan pengetahuan mengenai keberagaman dan kebhinekaan yang ada di Tanah Air Indonesia.

“Agama sebagai sarana untuk memelihara, bukan untuk berkelahi,” ujar Pak Dion Nizar, salah satu Family Sabang Merauke (FSM) pada acara konferensi pers Program Sabang Merauke ke-5 di Jakarta, kamis (27/7).

Program SabangMerauke, program pertukaran pelajar ini dilaksanakan dengan lima belas Adik SabangMerauke (ASM) yang mempunyai beragam latar belakang agama dan budaya. Mereka  mengikuti kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan selama tiga minggu sejak 15 Juli hingga 5 Agustus 2017.

Dok. Rukmi

Selama di Jakarta, para ASM yang berasal dari berbagai daerah tinggal bersama keluarga, atau Famili SabangMerauke (FSM) dengan latar belakang agama dan budaya berbeda juga. Dalam kesehariannya, ASM juga didampingi oleh Kakak SabangMerauke (KSM) yang juga berperan sebagai mentor.

Acara ini disambut baik di berbagai daerah di Indonesia. Terbukti ketika program ini kembali diadakan pada 2017, anak-anak dari pelosok nusantara tak segan untuk ikut mendaftar dan di seleksi. Seleksinya sendiri dilakukan dengan melibatkan psikolog untuk membaca keseriusan anak-anak tadi saat melakukan syarat mengarang cita-cita tentang Indonesia dan wawancara via telepon.

“Sayangnya, Kementrian Agama yang juga memiliki divisi mengenai pendidikan karakter tidak ikut andil dalam program ini. Malah Kementrian Tenaga Kerja yang sudah tertarik untuk mendukung,” ujar Managing Director ASM, Reynold Hamdani.

 

Kegiatan ASM

Kurikulum program SabangMerauke disusun untuk memperkaya pandangan dan pengalaman para ASM dan KSM terkait keberagaman yang ada di Indonesia. Tujuannya, tak lain adalah untuk menanamkan rasa toleransi pada sesama tanpa memandang latar belakang agama, budaya, kelas sosial, ataupun sekat-sekat perbedaan lainnya. SabangMerauke percaya, bahwa toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan.

Program yang dimulai tahun 2013 ini bertujuan untuk membuka cakrawala anak-anak Indonesia dalam memahami pentingnya toleransi antar suku ataupun antar agama bagi masa depan bangsa. ”Seringkali intoleransi muncul bukan karena rasa benci, tapi keengganan untuk saling mengenal lebih baik. Kami ingin mengajak anak-anak ini untuk mengenal keberagaman, merasakan sendiri rasanya hidup dengan yang berbeda dari dirinya. Sehingga harapannya, akan tumbuh rasa toleransi dan saling hormat menghormati. Apapun latar belakang agama dan sukunya,” jelas Managing Director SabangMerauke 2017 Reynold Hamdani.

Beberapa kegiatan yang disiapkan antara lain kunjungan ke berbagai rumah ibadah, Eijkman Institute, Museum Nasional, Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan bertemu para veteran, LPDP Kementerian Keuangan, Museum Tekstil, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BTPN, INTEL, Podomoro University, Art Club Universitas Bina Nusantara, Komunitas Muda Digital, serta Komunitas Duta Cerita The Habibie Center. Salah satu materi menarik yang baru ada di tahun ini adalah sesi literasi media dan storytelling. Materi ini diharapkan akan memicu semangat ASM dan KSM untuk membagikan pengalamannya pada publik serta belajar cara memanfaatkan sosial media dan aset digital secara positif.

Diharapkan, selepas kegiatan ini berakhir para ASM akan pulang ke daerah asalnya dan menjadi duta toleransi di Indonesia. Kegiatan ini juga diharapkan dapat berdampak besar terhadap KSM dan FSM dalam memaknai toleransi dan perbedaan. “Ternyata penting sekali untuk memahami ajaran-ajaran agama yang berbeda dari ajaran agama yang kita yakini. Karena dengan memahami, kita bisa saling menghargai dan menghormati keberagaman, dengan begitu maka akan tercipta persatuan,” ungkap Ken Cinta An Rusdewo, seorang ASM beragama Katolik, asal Solo. Hal ini Ken ungkapkan pasca kunjungannya ke Masjid Istiqlal pada Rabu (19/7) lalu, yang merupakan pengalaman pertamanya mengunjungi masjid.

Dok. ASM

Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu Perumus SabangMerauke Ayu Kartika Dewi, ia berharap SabangMerauke mampu berkontribusi pada perdamaian bangsa, seperti yang dicita-citakan pada saat pendiriannya. ”SabangMerauke dibentuk atas upaya ikut serta membantu mewujudkan Indonesia yang lebih damai. Karena kami percaya, toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan,” ujar Ayu.

Selama tiga minggu kegiatan, ASM dan KSM bersemangat dalam mengikuti tiap sesi, hal itu terlihat dari antusiasme mereka, baik dengan teman-temannya, relawan, juga para narasumber. Tahun ini, jumlah pendaftar SabangMerauke secara keseluruhan mencapai 1.125 orang. Adik- adik yang mendaftar sebagai ASM berjumlah 853 orang, pendaftar KSM berjumlah 235 orang, dan pendaftar FSM sejumlah 37 keluarga.

Tahun 2017 juga merupakan tahun pencapaian baru bagi SabangMerauke. Salah satu kisah SabangMerauke terpilih sebagai Good Story of The Year mewakili Indonesia yang diselenggarakan oleh Our Better World dari Singapore International Foundation (SIF). Di masa depan, SM berharap ingin terus menyebarkan lebih banyak cerita-cerita indah tentang keberagaman dan toleransi di Indonesia.

Dok. ASM

 

Keywords: , ,
banner