Jakarta – Majalahcsr. Perempuan seringkali hanya dijadikan perhiasan dan dianggap bertanggung jawab hanya pada urusan rumah tangga. Padahal perempuan juga menjadi “pembisik” yang efektif dalam bisnis.
Peran perempuan saat ini sudah melejit tanpa melihat masalah gender. Sebut saja ahli pembaca black box pertama di Asia Tenggara, Dyah Jatiningrum, juga peneliti LIPI yang menemukan silika untuk mendeteksi kanker, Siti Nurul Aisyiyah Jenie. Mereka adalah dua diantara sekian banyak perempuan yang unjuk gigi sesuai bidangnya.
Program pemberdayaan perempuan pun menyita perhatian banyak pihak, utamanya dalam hal ini yang terkait dengan ekonomi rendah karbon. Ternyata masih perlu ada banyak studi untuk memberikan informasi mengenai pemberdayaan perempuan di sektor-sektor pendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.
“Masih sedikitnya kebijakan berbasis bukti yang mendukung upaya pemberdayaan perempuan dalam ekonomi rendah karbon menjadi tantangan bagi para pengambil keputusan,“ ujar Direktur Inklusi Sosial dan Gender Millennium Challenge Account – Indonesia (MCA-Indonesia), Dwi Rahayu Yuliawati-Faiz, Kamis (15/3).
Sejauh ini, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengurangan emisi karbon dan peningkatan kesetaraan gender. Namun, sinkronisasi kebijakan di dua aras tersebut perlu lebih ditingkatkan.
Peneliti Balitbang Kementerian Pertanian, Sri Asih Rohmani menggarisbawahi pentingnya proses pengintegrasian pengarusutamaan gender di tiap kementerian yang terkait dengan ekonomi rendah karbon. “Di Kementerian Pertanian, pengarusutamaan gender berada di bawah eselon 1 sehingga menjadi lebih efektif dalam memastikan semua lini kementerian memainkan peranannya,” ucapnya.
MCA-Indonesia, Hivos South East Asia, lembaga kajian energi Enclude, dan jaringan peneliti energi terbarukan internasional Energia membuat suatu riset pada Juni – Desember 2017 di delapan provinsi, yakni Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Upaya pemberdayaan perempuan dalam ekonomi rendah karbon yang dikembangkan MCA-Indonesia berusaha mengembangkan model-model yang bisa diadaptasi sebagai acuan implementasi kebijakan rendah karbon dan kesetaraan gender. Hasil dari studi menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan yang multidimensi, seperti digagas oleh para penerima hibah Proyek Kemakmuran Hijau MCA-Indonesia, secara signifikan menghasilkan manfaat ekonomi positif pada komunitas sasaran. Antara lain, ada perbaikan dalam praktek siklus penanaman, pemanfaatan lahan, serta meningkatnya peluang pasar.
Pemberdayaan multidimensi yang dimaksud tidak hanya menitikberatkan pada upaya peningkatan kapasitas perempuan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk kegiatan ekonomi, tetapi juga dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan aset. Studi ini merekomendasikan peningkatan peran perempuan sebagai pemimpin masyarakat dan agen perubahan pada upaya pengurangan emisi karbon di Indonesia, serta penyertaan konsep kesetaraan gender dalam prinsip dasar dan kondisi prasyarat ketahanan iklim nasional.
Kajian ini juga menyarankan upaya memastikan dukungan pemerintah daerah terhadap inovasi pembangunan rendah karbon yang berkesetaraan gender dalam bentuk kebijakan-kebijakan daerah. Rekomendasi lain ialah perlunya penguatan hubungan dan pemahaman konsep pembangunan rendah karbon antara pemerintah pusat dan daerah, di antaranya dengan pelatihan mengenai prinsip-prinsip ekonomi rendah karbon dan pengarusutamaan gender yang sesuai dengan konteks daerah. Terakhir, studi ini melihat adanya potensi pengembangan ekowisata di mana 50 persen pelakunya adalah perempuan.