Jakarta – Majalahcsr. Becak…becak..coba bawa saya….! Kalau masa kecilmu di Indonesia, seharusnya kamu pernah mendengar lagu ini. Lagu mengenai seorang anak yang duduk di becak, kemudian asyik menikmati pemandangan dengan semilir angin yang terus-terusan menyapu wajah.
Rupanya becak tidak hanya ada di Indonesia. Saat ini becak sudah ada yang bermukim di Belanda, tepatnya di kota Amsterdam. Becak ini terlihat mencolok diantara seliweran sepeda dan lalu lalang warga Belanda, lantaran saat ini belum banyak becak disana. Di Belanda, becak hanya sebatas hiasan interior saja.

Dok. Ifa Chaeron, Belindomag.nl
Awalnya Daan Goppel, atau dipanggil oleh ibunya Dani, mengunjungi Indonesia. Beberapa kali dirinya telah menginjakkan kaki di Indonesia, bahkan kepincut dengan kelezatan nasi goreng di Indonesia.
Saat mengunjungi Indonesia, Dani telah melanglangbuana ke berbagai daerah di Indonesia. Sebut saja Solo, Jogja, juga Nusa Tenggara Timur (NTT). Dani juga mengaku jatuh cinta dengan becak, karena saat mengendarai becak pandangannya bisa bebas. Bahkan dia telah mencoba naik becak dari berbagai daerah, tak heran jika dia bisa membedakan bentuk becak dari masing-masing daerah.
Pilihan Dani jatuh pada becak buatan Jogja, dengan alasan, bentuk becak buatan Jogja lebih luas dan atapnya lebih tinggi sehingga akan cocok untuk digunakan di Eropa. “Saya pesan yang lebih besar karena orang Belanda besar-besar,” ujarnya.
Dengan berbekal uang hasil meminjam dari orang tuanya sebesar €1900, Dani memboyong becak ke Jakarta menggunakan kereta. Dia sendiri mengambil becak itu di stasiun Manggarai ke lokasi tempat tinggalnya selama di Jakarta yaitu di Condet.

Dok. Ifa Chaeron, Belindomag.nl
Sambil tertawa dia mengatakan bahwa agar tidak mencolok, dia memakai caping (topi kerucut khas petani) dan mengayuh becaknya melintasi jalanan ibu kota. Beruntung karena hari minggu, lalu lintas lengang. Sehingga dari Manggarai hingga Condet Dani tidak terhambat padatnya lalu lintas maupun kepolisian.
Tidak murah memang membawa becak dari Indonesia ke Belanda. Dani merinci, dia membeli becak dengan harga Rp4 juta. Sedangkan ongkos kirim ke Belanda Rp4 juta, pajak masuk Rp12 juta, terakhir biaya mengecat Rp2,5 juta. “Saya harus bekerja di restoran Indonesia Kantjil and de Tiger selama 6 bulan untuk membayar utang saya,” katanya.
Sejak bulan April 2017 lalu, Dani telah mendapatkan pesanan tur 2 kali. Pertama dia bertemu dengan pelanggan pertamanya di perkumpulan Banda. Kemudian pelanggan keduanya mengetahui becak Amsterdam dari majalah Moeson yang pernah meliput Dani dan becaknya. Selama 2,5 jam, Dani berkeliling di daerah Amsterdam yang erat kaitannya dengan Indonesia.

Dok. Istimewa

Dok. Ifa Chaeron, Belindomag.nl

Dok. Ifa Chaeron, Belindomag.nl