MajalahCSR.id – Fakta ini didapat dari studi yang dipublikasikan di jurnal lingkungan, Nature. Menurut narasi jurnal, penyusutan jumlah populasi yang luar biasa ini sudah terjadi sejak 1970an. Tak cuma hiu, populasi ikan pari pun turut merosot. Menyikapi hal ini, para ahli mengingatkan pemegang kepentingan untuk segera mengambil tindakan terukur untuk mengembalikan populasi yang hilang. Penulis riset tersebut menuding aktivitas penangkapan ikan besar-besaran sebagai biang keroknya.
Mengutip BBC, hiu dan pari biasanya diburu untuk dijadikan makanan, namun ada pula yang sengaja dibunuh untuk kegiatan olahraga buru yang ekstrim di sejumlah tempat. Yang menyedihkan, spesies tersebut sudah benar-benar berada di ambang kepunahan. Hal ini dikatakan Nicholas Dulvy, profesor di Universitas Simon Fraser, British Columbia, Amerika Serikat.
“Penangkapan ikan yang tak terkendali termasuk hiu dan pari, membahayakan keseimbangan ekosistem lautan terutama dalam konteks keamanan pangan untuk negara-negara berkembang,” sesal Dulvy.
Dalam studi tersebut, 31 spesies hiu dan pari yang ditemukan di perairan dianalisis. Dari jumlah speseis tersebut, 24 diantaranya dalam status terancam oleh Lembaga International Union of Conservation of Nature (IUCN) atau Lembaga koservasi internasional yang berpusat di Swiss. Lebih jauh, tiga jenis hiu, yaitu whitetip shark atau hiu koboi dengan ciri siripnya yang membulat dan ada warna putih, scalloped hammerhead shark (hiu kepala martil bergerigi), dan great hammerhead shark atau hiu martil besar disebut masuk dalam daftar status hiu di ambang punah.
Untuk memulihkan populasi satwa liar ini, data sains sangat diperlukan untuk bahan analisis. Menurut Sonja Fordham, presiden lembaga hukum hiu internasional, menyebutkan, populasi hiu koboi kini perlahan pulih karena campur tangan data sains yang mampu membatasi penangkapan ikan secara semena-mena.
“Perlindungan yang sederhana biasanya cukup untuk menyelamatkan hiu dan pari, tapi kita makin kehabisan waktu,” jelas Fordham. “Kita selekasnya butuh aksi koservasi lintas global untuk mencegah munculnya dampak negatif yang besar, serta menyelamatkan masa depan bagi satwa menakjubkan ini,” pungkasnya.