Bogor – Majalahcsr. Penggunaan energi yang bersih dan murah turut membantu mewujudkan salah satu sasaran Sustainability Development Goals (SDGs) yang diadopsi pemerintah Indonesia. Salah satu sumber energi bersih itu adalah gas.
Penggunaan gas sebagai bahan bakar maupun bahan baku bagi industri bukannya tanpa hambatan. Setelah batubara dituding menjadi penyebab kotornya udara sehingga terjadi pencemaran lingkungan, gas menjadi buruan bagi penggunanya.
Beberapa industri yang menggunakan gas sebagai bahan bakar adalah adalah industri petrokimia, industri pupuk, dan listrik (Perusahaan Listrik Negara/PLN). Bahkan bagi industri pupuk, gas juga menjadi bahan baku produksinya.
Produksi rata-rata industri gas hanya 8000-an MMSCFD. Sedangkan kebutuhan energi didalam negeri terus tumbuh 4-5% pertahun. Selain itu ada permasalahan di upstream (produksi), infrastruktur, dan downstream (penyaluran).
“Permasalahan ini terjadi karena masing-masing tidak berjalan secara bersamaan”. Ujar CEO PT Pertamina Gas, Suko Hartono, pada Outlook Industri dan infrastruktur Gas 2018, jum’at (2/1).
Misalnya saat ada gas yang dihasilkan dari Tangguh di Indonesia Timur yang tidak dibarengi dengan infrastruktur yang memadai untuk menyalurkan ke konsumen. Hal ini menyebabkan gas dijual ke luar negeri.
Untuk mengatasi salah satu permasalahan infrastruktur, sebagai salah satu dari dua pemain gas besar di Indonesia, Pertagas akan mengkombinasikan pipa, kereta api dan trucking untuk melayani konsumen. Namun menurut Suko, tidak semuanya dipegang Pertagas, akan ada kerjasama dengan swasta untuk melakukan ini.