Jakarta – Majalahcsr. Hampir 9 juta anak Indonesia berusia dibawah lima tahun tercatat mengalami pertumbuhan tak maksimal (stunted). Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah tersebut.
Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Diperkirakan ada pula sekitar 3,3 juta anak Indonesia yang kurus (underweight).
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi perorangan dan masyarakat Indonesia.
Intervensi pada seribu hari pertama penting untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah Indonesia pun melakukan sejumlah intervensi untuk mencapai target turunnya prevalensi stanting pada anak di bawah umur dua tahun dari 37% (2013) menjadi 28% pada tahun 2019.
Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stanting (PKGBM) berupaya mendukung pemerintah mengurangi prevalensi stanting tersebut. Seperti yang dikutp dari Proyek senilai US$ 133,2 juta ini bertujuan mengurangi dan mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah dan anak stanting, serta kekurangan gizi pada anak-anak. Dalam jangka panjang, proyek diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penghematan biaya kesehatan dan peningkatan produktivitas.
Untuk mencapai tujuan itu, PKGBM melakukan beberapa kegiatan yang berorientasi pada perbaikan status gizi ibu hamil dan anak. Antara lain, melalui peningkatan peran serta masyarakat, perbaikan asupan gizi, pengurangan kasus diare, meningkatkan ketersediaan makanan bergizi yang terjangkau, serta meningkatkan kesadaran Pemerintah Indonesia dan masyarakat tentang pentingnya isu anak stunted.
PKGBM juga berupaya mengintegrasikan beberapa kegiatan yang selama ini dilaksanakan secara terpisah. Melalui kegiatan yang lebih terintegrasi, diharapkan masalah stanting dapat dicegah dan dikurangi.