banner
Ilustrasi berkelanjutan. Grafis : Istimewa
Wawasan

Lebaran dan Konsumsi Berkelanjutan

360 views
  • Jika dilakukan berlebihan, makan-makan saat Lebaran justru bisa menciptakan masalah lingkungan. Sejumlah riset menunjukkan bahwa sampah makanan (food waste) telah menjadi isu lingkungan.
  • Makanan menjadi penyumbang sampah terbesar di Jakarta dan Indonesia secara nasional dengan jumlah mencapai 25,5 juta ton per tahun berdasarkan jumlah penduduk 250 juta.
  • FAO menyatakan sampah makanan turut memicu gas rumah kaca. Tiap tahun, jejak karbon akibat sampah makanan itu mencapai 4,4 giga ton.
  • Indonesia merupakan negara penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Karena itu sejumlah komunitas dan organisasi non-pemerintah pun menggagas upaya pengurangan sampah.
  • Bahan beracun yang terkandung di dalam emisi gas buang kendaraan adalah Sulfur Dioxide, Nitrogen Dioxide, Carbon Monoxide, Ozone, dan Hydro Carbon. Umumnya polutan ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan, pembuluh darah, hati, dan ginjal.

MajalahCSR.id – Setelah dua tahun dalam pembatasan, pada 2022 ini Pemerintah mengijinkan masyarakat untuk melakukan mudik lebaran dengan lebih longgar, termasuk kebijakan cuti bersama yang lebih panjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Selain karena pengendalian pandemi yang jauh lebih baik, Pemerintah dan dunia usaha melihat mudik lebaran sebagai momentum pemulihan ekonomi nasional. Pergerakan masyarakat ke kampung halaman juga mendorong distribusi ekonomi dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya ke daerah. Berbagai sektor ekonomi pun mendapat berkah dari mudik ini, mulai dari transportasi umum, perdagangan eceran, sampai pariwisata.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan sebanyak 79,4 juta orang akan melakukan mudik tahun ini. Sebanyak 24,3 juta orang akan menggunakan kendaraan darat umum, sekitar delapan juta menggunakan moda udara, 7,71 juta menggunakan kereta api, dan 1,1 juta menggunakan transportasi laut. Selain menggunakan kendaraan umum, sebanyak 36,17 juta orang berencana menggunakan kendaraan darat pribadi baik mobil dan motor. Penggunaan kendaraan pribadi jalur darat menjadi yang terbanyak diminati dibandingkan dengan moda lainnya.

Banyaknya jumlah pemudik ini selain memberi berkah ekonomi, juga menciptakan dampak lingkungan yang tidak sedikit. Apa yang bisa kita lakukan untuk menguranginya?

  1. Kendalikan Emisi Kendaraan Bermotor saat Mudik

Emisi karbon dari kendaraan bermotor saat mudik bisa menjadi pembunuh tak tampak (invisible killer). Tragedi mudik lebaran tahun lalu di pintu tol Brexit (Brebes Timur, Jawa Tengah) tahun 2017 bisa dijadikan pelajaran. Saat itu 11 orang meninggal dunia akibat terpapar emisi kendaraan saat terjebak kemacetan. Bahaya ini bukan hanya mengancam pemudik tapi juga pemukim di sekitar jalur mudik.  

Bahan beracun yang terkandung di dalam emisi gas buang kendaraan adalah Sulfur Dioxide, Nitrogen Dioxide, Carbon Monoxide, Ozone, dan Hydro Carbon. Umumnya polutan ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan, pembuluh darah, hati, dan ginjal. Emisi karbon juga menyebabkan kematian dini.  Polutan ini membuai korban dengan rasa kantuk, kemudian tertidur, dan tak pernah bangun lagi.

Mengendalikan emisi gas buang dapat dilakukan dengan secara rutin melakukan uji emisi dan merawat mesin kendaraan, mengurangi konsumsi bahan bakar bertimbal, dan menggunakan BBM dengan dengan kadar oktan yang lebih tinggi. Selain itu, memilih waktu perjalananan mudik dan balik yang tepat untuk menghindari kemacetan juga penting. Selain mengurangi risiko kecelakaan akibat kelelahan, ini menghindari konsumsi BBM yang lebih banyak.

  1. Mengurangi konsumsi makanan yang tidak perlu.

Idulftri identik dengan makan-makan. Setelah sebulan berpuasa, umat Islam Indonesia merayakan hari kemenangan dengan aneka makanan. Opor ayam, ketupat, satai, rendang, dan aneka camilan pun menghiasi meja makan.

Jika dilakukan berlebihan, sisa makanan yang terbuang menjadi masalah. Sisa makanan merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia, dengan perkiraan 25,5 juta ton per tahun dengan perkiraan jumlah penduduk sebesar 250 juta orang. Jumlah ini setara dengan jejak karbon sebesar 4,4 gigaton.

  1. Kurangi Sampah.

Berbelanja menjelang hari raya, bagi keluarga dan kerabat atau membeli oleh-oleh ketika kembali ke ibukota merupakan aktivitas yang bermanfaat. Pastikan ketika berbelanja membawa tas belanja sendiri. Belum semua daerah menerapkan kebijakan pembatasan penggunaan kantong plastik atau tas belanja, meski begitu, membawa kantong sendiri merupakan kebiasaan baik yang bisa ditularkan di kampung halaman. Jika nanti membawa oleh-oleh, belilah dalam jumlah yang besar, sehingga hemat ketika dalam pengepakan, atau untuk makanan tradisional, membawanya dengan kemasan ramah lingkungan, seperti daun dan bambu, juga bisa jadi pilihan.

 

Selamat  bersuka cita lebaran Idul Fitri 1433 H!

banner