Jakarta – Majalahcsr. Tantangan terbesar dalam mengelola tambang adalah persoalan lingkungan dan masyarakat di sekitar area tambang. Oleh karena itu dalam mengembangkan sebuah area tambang batubara, sudah seharusnya sejak awal sudah memiliki roadmap pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakatnya.
Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga mencontohkan, ABM telah berhasil menjalankan roadmap tersebut di tambang anak usahanya yaitu PT Tunas Inti Abadi (TIA) yang berlokasi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Setelah mendapatkan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada 2013, TIA mulai melakukan pengembangan dan produksi pada area tambang seluas 3.085 hektare.
Pada area tambang di wilayah Tanah Bumbu ini terdapat sumber daya batubara sebanyak 106 juta ton dan cadangan sekitar 52 juta ton. Kualitas batubara milik TIA ini sangat baik karena memiliki kalori 5400-5600 kcal/kg.
“Setelah proses produksi batubara berjalan di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sebagai bagian dari tanggung jawab kepada lingkungan, ABM melalui PT TIA juga menyiapkan di salah satu bukit di Tiwingan, Kecamatan Aranio, Kalimantan Selatan. Pada lahan seluas 1.307 hektare tersebut, kami sudah berhasil melakukan penghijauan kembali dan melakukan rehabilitasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) di bekas lokasi tambang TIA,” jelas Adrian beberapa waktu lalu.
Berkat program rehabilitasi DAS tersebut TIA berhasil meraih penghargaan Silver pada ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2018 yang melibatkan Bappenas.
ABM juga melakukan pelayanan dari hulu hingga ke hilir atau end-to-end services yang berfokus pada value chain batubara. Untuk penambangan batubara TIA di Tanah Bumbu, di awal PT Cipta Kridatama sebagai kontraktor tambang mendukung pengembangan lahan, produksi batubara, sampai reklamasi tambang.
Tambang juga mendapatkan dukungan solusi listrik dari anak usaha ABM yakni PT Sumberdaya Sewatama. Lalu, PT Sanggar Sarana Baja juga mendukung sebagai penyedia jasa rekayasa serta pabrikasi di sektor energi. Sedangkan keperluan bahan bakar minyak (BBM) di lokasi tambang disuplai oleh PT Prima Wiguna Parama. Distribusi batubara dari awal hingga akhir pun dibantu oleh anak usaha ABM yakni PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistics). Dan yang paling akhir untuk penjualan batubara akan dilakukan oleh induk dari TIA sendiri yakni PT Reswara Minergi Hartama.

Dok. TIA
“Seluruh proses produksi batubara TIA ini menggunakan sistem supply chain yang mengintegrasikan seluruh anak usaha ABM. Dalam sistem supply chain ini ABM mengoptimalkan sinergi dan integrasi anak usaha sejak mulai pengelolaan tambang hingga logistik batubara ke lokasi tujuan. Inilah yang menjadikan produksi batubara di TIA efisien,” jelas Adrian.
Saat ini ABM Investama memiliki tujuh entitas anak usaha yang terus bersinergi dalam proses dari hulu hingga hilir yaitu PT Cipta Kridatama sebagai kontraktor pertambangan, PT Reswara Minergi Hartama sebagai pengelola tambang dan penjualan batubara, PT Sumberdaya Sewatama dan PT Anzara Janitra Nusantara di sektor kelistrikan, jasa logistik terintegrasi melalui PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistik), jasa rekayasa dan pabrikasi yaitu PT Sanggar Sarana Baja (SSB) dan PT Prima Wiguna Parama (PWP) yang fokus di jasa penyediaan BBM.
“Dengan menggunakan model supply chain tersebut, TIA yang memproduksi 5,5 juta ton per tahun mampu menghasilkan EBITDA US$ 108 juta. Ini merupakan salah satu yang terbaik di industri batubara,” ujar Adrian.
Pada tahun ini produksi batubara TIA ditargetkan sebanyak 4,7- 4,9 juta metrik ton. Dari jumlah produksi itu, penjualan ke pasar Indonesia sebesar 9,9%, China 59,3%, India 27,5%, Vietnam 1,9%, Filipina 1,0%, dan Thailand 0,4%. Mengingat pasar batubara masih sangat besar, saat ini fokus ABM adalah meningkatkan produksi batubara, sehingga kenaikan harga batubara yang saat ini terjadi dapat memberikan keuntungan yang optimal.
Konsesi tambang TIA di Kalimantan Selatan ini akan berakhir pada tahun 2021. Meski demikian, Adrian mengatakan, ABM Investama akan tetap menjalankan bisnisnya di wilayah ini, yaitu dengan menawarkan pengelolaan wilayah tambang melalui sistem supply chain yang terbukti efisien dan memberikan keuntungan yang optimal.
“Kami akan mengoptimalkan infrastruktur dan SDM yang sudah teruji dalam mengelola TIA. Melihat pasar dan wilayah tambang yang masih sangat besar, kami optimis strategi bisnis ini akan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan ABM Investama di masa depan,” kata Adrian.