Jakarta – Majalahcsr. Menurut Brundtland Report pada Oktober 1987, “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”.
Sedangkan saat ini dunia bergerak dengan cepat menuju perubahan dalam banyak hal. Sebut saja melalui digitalisasi, globalisasi, dan degradasi dunia yang alami. “Dengan perubahan besar seperti itu, isu keberlanjutan adalah sesuatu yang sedang kita garap secara sosial, ekonomi, dan lingkungan,” ujar artikel dari MM CSR Trisakti, Selasa (20/3).
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengakui hal ini dan telah merevisi tujuan pembangunan mereka untuk memasukkan pembangunan yang adil dan kelestarian lingkungan. Terutama tujuan utama untuk mengendalikan bahaya perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tahun 2016 – 2030.
Selaras dengan ini, publik, swasta, dan sektor ketiga sekarang tahu bahwa dengan mengadopsi “hijau” atau kebiasaan ramah-bumi, mereka dengan sendirinya menciptakan komunitas yang lebih adaptif dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Agen Perlindungan Lingkungan USA juga berpendapat yang serupa. Menurut mereka, keberlanjutan didasarkan pada prinsip sederhana, yaitu segala sesuatu yang kita butuhkan untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup dan ketergantungan untuk kesejahteraan, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada lingkungan alam kita.
Keberlanjutan menciptakan dan mempertahankan kondisi-kondisi di mana manusia dan alam dapat ada dalam keselarasan produktif, yang memungkinkan memenuhi persyaratan sosial, ekonomi dan lainnya dari generasi sekarang dan mendatang. Keberlanjutan menurut mereka juga penting untuk memastikan bahwa kita memiliki dan akan terus memiliki, air, bahan, dan sumber daya untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan kita.
Pada akhirnya, masa depan bergantung pada upaya kita menuju keberlanjutan hari ini.
