Jakarta – Majalahcsr. Banyak terjadi ketidaktahuan konsumen saat menyantap makanan ataupun menggunakan produk-produk yang dipakainya. Padahal rantai pasok suatu produk sangat penting untuk mengetahui apakah bisnis suatu perusahaan sudah dijalankan secara baik atau belum.
Pada akhir 2017, Sinar Mas Agribusiness and Food yang beroperasi dibawah Golden Agri-Resources (GAR) 44 pabrik kelapa sawit (PKS) miliknya sudah mencapai 100% kemamputelusuran ke perkebunan atau traceability to the plantation (TTP). Capaian ini merupakan 39% dari total rantai pasok kelapa sawit perusahaan.
GAR menargetkan pada akhir 2020 akan mencapai kemamputelusuran 100%. “Kini kami bekerja sama dengan 420 PKS pemasok pihak ketiga untuk membantu mereka mewujudkan TTP pada akhir 2010,” ujar Head of Corporate Communications, Sinar Mas Agribusiness and Food, Wulan Suling dalam press conference Laporan Keberlanjutan 2017 GAR, Selasa (31/7).
Dengan TTP, berarti Sinar Mas Agribusiness and Food dapat menjamin sumber bahan baku Perusahaan, dengan laporan SR2017 yang disusun berdasarkan Pedoman Pelaporan Standar Global Reporting Initiative (GRI). Hal ini dilakukan karena banyak para pelanggan utama perusahaan yang terus mengupayakan transparansi penuh di rantai pasok kelapa sawit mereka.
Pencapaian ini juga menjadi bagian penting dari upaya lebih luas untuk membantu pemasok menuju arah yang lebih baik. Melalui pelibatan peran pihak terkait secara lebih mendalam, perusahaan mengaku dapat mengurangi risiko rantai pasok sekaligus membantu mendorong agar industri ini jadi lebih tangguh dan bertanggung jawab.
Upaya pemetaan ini dilakukan dengan cara kunjungan lapangan yang ditargetkan; memantau pemasok sebagai bagian dari penilaian dan manajemen risiko; serta menilai kebutuhan pemasok untuk membantu mereka meningkatkan kapasitas dalam penerapan praktik yang bertanggung jawab. Sebagai bagian dari upaya sosialisasi yang sedang berlangsung saat ini, Sinar Mas Agribusiness and Food mengadakan lokakarya tahunan SMART SEED (Social and Environmental Excellence Development) untuk pemasok dengan beragam tema praktis seperti memperoleh sertifikasi, membenahi praktik ketenagakerjaan, dan menerapkan kemamputelusuran.
Sinar Mas Agribusiness and Food juga mengadakan lokakarya khusus sesuai kebutuhan, dan pada tahun 2017 telah menyelenggarakan lokakarya bagi pemasok untuk meningkatkan kesadaran akan status lindung Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Aceh serta cara meningkatkan praktik pengadaan untuk menghindari pengadaan kelapa sawit dari petani yang mungkin menjalankan kegiatan di dalam kawasan lindung.
Kemajuan yang dicatat di bidang ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDG) 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, seiring upaya Perusahaan dalam mencoba meningkatkan mata pencaharian pemasok, terutama petani kelapa sawit, sekaligus menjamin produksi yang berkelanjutan.
Pada tahun 2017, Sinar Mas Agribusiness and Food juga mencatat terobosan dalam peningkatan produktivitas jangka panjang melalui peluncuran dua benih tanaman baru – Eka 1 dan Eka 2. Benih klonal non-transgenik yang berpotensi memberi hasil lebih dari 10 ton CPO/hektar setiap tahunnya, siap merevolusi capaian produktivitas dan akan diluncurkan secara bertahap di perkebunan Sinar Mas Agribusiness and Food mulai tahun 2022.

Dok. acc.uii.ac.id
Eka 1 dan Eka 2 merupakan buah dari keyakinan Perusahaan sejak lama dalam investasi teknologi dan penelitian & pengembangan (litbang) untuk memajukan produktivitas berkelanjutan, sekaligus mengurangi kebutuhan untuk membuka lahan lebih luas untuk budidaya perkebunan. Hal ini menempatkan Perusahaan di jalur yang tepat untuk mewujudkan SDG 2 yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian guna mengakhiri kelaparan global.
Sinar Mas Agribusiness and Food juga mencapai kemajuan di bidang lain termasuk kemitraan konservasi yang inovatif bersama masyarakat. Pemetaan dan Perencanaan Konservasi Partisipatif terus berlanjut dengan 13 desa di bawah payung kemitraan konservasi guna melindungi kawasan hutan Stok Karbon Tinggi (SKT) seluas lebih dari 7.000 hektar, sesuai dengan pencapaian SDG 15, yaitu menjaga ekosistem darat.