banner
Kantong Kemasan Makanan Bebas Plastik dan Mengandung Protein Buatan Fraunhofer-Gesellschaft. Foto : Fraunhofer
Ragam

Kemasan Makanan Berkelanjutan ini Punya Lapisan Protein

631 views

MajalahCSR.id – Orang seringkali menggunakan kemasan makanan saat tak makan di tempat. Akibatnya sampah kemasan makanan – terlebih kala pandemi – yang seringkali  berlapisan plastik ini melimpah ruah sebagai polusi. Buruknya lagi, plastik mayoritas berbasis bahan bakar fosil yang mencemari. Hal ini nyaris terjadi di seluruh belahan dunia, tak terkecuali warga Jerman yang menghasilkan 38,5 kg limbah plastik per kapita pada 2017.

Masalah ini mendorong para ahli di Fraunhofer-Gesellschaft mengembangkan solusi yang inovatif sekaligus berkelanjutan untuk kemasan makanan sebagai bagian dari proyek “BioActiveMaterials”. Intelligentliving memberitakan, mereka mengembangkan kemasan (kertas) dan kantong makanan yang dapat kembali ditutup di mana lapisan pelindungnya lebih hijau dari lapisan plastik kemasan konvensional.  

Bahan pelapis kemasan ini terbuat dari protein dan zat lilin dengan material tambahan yang alami. Proses pelapisannya melalui penyepuhan saat si pelapis dalam kondisi cair. Adanya lapisan ini tentu membuat makanan menjadi tahan lama, sama fungsinya dengan pelapis kemasan makanan lain dari plastik. Bahkan antioksidan dalam lapisan “BioActiveMaterials” dapat menambah usia kesegaran makanan.  

Michaela Müller, Kepala Divisi Inovasi dan Fungsi Permukaan Fraunhofer IGB, menerangkan, “Hal pertama, sekat protein menjadi  lapisan pembatas oksigen, sementara zat lilin mencegah kontaminasi cairan dan kelembaban, sehingga mampu melindungi buah – sebagai contoh – agar tak mengering lebih cepat.  Yang kedua, zat aditif berbasis alam (biobased) punya fungsi antioksidatif dan antimikroba. Hal ini yang mencegah makanan seperti daging dan ikan membusuk secara cepat.”  

Zat lilin juga melindungi makanan dalam kemasan dari potensi terpapar tinta logo atau kandungan gizi yang ditempel atau dicetak di luar kemasan. Adapun kandungan lapisan protein berasal dari tanaman lupin, lobak, bunga matahari, atau whey susu. Sumbernya bahkan bisa didapatkan dari material limbah tak terpakai dari perkebunan.  Sementara zat lilin terbuat dari lilin lebah, tanaman palem carnauba dari Brasil, tanaman bunga candelilla Meksiko.

“Kami memutuskan mengambil zat lilin dari tanaman tersebut, karena lebih bisa terurai, aman bagi makanan, dan sudah tersedia di pasaran,” terang Müller di balik pilihan pengambilan sumber zat lilinnya.

Usai pemakaian, kemasan ini dapat dibuang secara aman atau didaur ulang. Lapisan tersebut ditegaskan tak bakal mengganggu proses daur ulang.

Solusi inovatif ini tentu menguntungkan lingkungan, konsumen, dan penjual. Di sisi lain, konsumen makin menyadari pentingnya memilih produk yang tak berdampak buruk. Sehingga, mereka memutuskan untuk membeli produk yang memiliki sumber efisien, bebas plastik, serta kemasan makanan yang bisa terurai.  

banner