banner
Terumbu karang dan habitat ikan. Foto : Greg Lecoeur/NAT GEO IMAGE COLLECTION
Ragam

Jumlah Terumbu Karang Dunia Menyusut 50% Sejak 1950-an

568 views

MajalahCSR.id – Terumbu karang adalah salah satu benteng bumi dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfir. Tetapi mirisnya terumbu karang yang ada di lautan bumi kini hanya tersisa 50% sejak dekade 1950-an. Padahal, keberadaannya sangat vital dalam menjaga iklim bumi yang terancam akibat peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfir akibat emisi yang diakibatkan oleh ulah manusia.

Fakta jumlah terumbu karang yang terus menyusut terungkap dari studi yang dipublikasikan oleh One Earth. Lembaga filantropi khusus lingkungan ini meneliti terumbu karang secara global dan dampaknya terhadap ekosistem.

Mengutip dari Newswise, studi yang juga diprakarsai oleh Universitas British Columbia ini mengungkapkan, terumbu karang juga punya peran kunci aspek ekologis dalam penyediaan sumber pangan dan perlindungan terhadap badai dan gelombang tinggi. Aktivitas manusia seperti penangkapan ikan besar-besaran, perubahan iklim, dan kerusakkan habitat bertanggung jawab atas kehancuran terumbu karang selama ini.

Penelitian ini juga menjawab secara lengkap bagaimana kegiatan manusia mempengaruhi terumbu karang yang justru menyediakan ragam manfaat bagi lingkungan termasuk manusia.

Pimpinan studi, Dr. Tyler Eddy, yang juga periset di Institut UBC untuk Laut dan Maritim, menegaskan perlunya melindungi terumbu. “Sudah saat untuk bertindak, sebelumnya kabar ini sudah kita dengar berulangkali dari dunia perikanan dan riset keberagaman hayati,” kata Eddy. “Kita tahu terumbu karang adalah pusat keragaman hayati. Melestarikan keragaman hayati tak cuma melindungi alam, tapi juga mendukung kehidupan manusia dalam budaya, penghidupan, dan mata pencaharian.”

Para ahli menganalisa tren terumbu karang selama berpuluh tahun menggunakan sejumlah data dari survei dan riset terdahulu. Menurut pakar, Dr. William Cheung yang juga anggota tim, hasil riset ini mengungkap pentingnya kita mengelola terumbu karang yang tak hanya pada skala regional, melainkan global, agar mampu melindungi mereka yang mata pencahariannya bergantung pada keberadaannya.  

Para periset juga mengungkap fakta miris yaitu semakin berkurangnya hasil tangkapan ikan. Menurut studi ini puncak volume hasil penangkapan ikan terjadi pada 2002 silam. Sejak itu jumlah tangkapan terus merosot. Bila dibandingkan dekade 1950-an volume ikan hasil tangkapan kini berkurang hingga 60%.

banner