banner
Microneedle 3D printed yang merupakan alat suntik unutk vaksin di masa depan yang lebih efektif dan efisien dari jarum suntik biasa dan tanpa menimbulkan rasa nyeri. Foto : The University of North Carolina at Chapel Hill
Ragam

Jarum Suntik Kecil yang Picu Respon Imun Lebih Baik dari Jarum Suntik Biasa

1021 views

MajalahCSR.id – Sejumlah pakar tengah mengembangkan jarum kecil untuk mekanisme suntik vaksin yang diklaim lebih baik dalam respon imun dari suntik vaksin biasa. Selain itu, jarum mikro ini disebut tanpa menimbulkan potensi nyeri dan rasa cemas seperti jarum suntik umumnya.

Riset teknologi jarum mikro ini sudah dikembangkan selama bertahun-tahun, namun kendalanya masih tetap sama, yaitu pada proses produksi masal atau skala industri. Meski demikian, ini merupakan sebuah tantangan untuk menerapkannya sehingga bisa memicu alternatif cara suntik vaksin. 

Riset paling baru mencoba mengatasi hambatan itu dengan teknik printing 3 dimensi mutakhir yang disebut “continues liquid interface production”. Teknik ini menggunakan sinar ultraviolet dan bahan resin khusus untuk menciptakan ukuran, bentuk, dan jarak mikro jarum yang secara konsisten sama, seberapapun jumlah produksi unitnya.

“Metode yang kami lakukan memungkinkan jarum mikro bisa dicetak secara langsung, sehingga memudahkan kami untuk melakukan penyesuaian bentuk yang terbaik dari sudut pandang performansi dan biaya,” kata ahli mikrobiologi, Shaomin Tian dari Universitas North Carolina yang juga bagian dari tim riset, seperti yang dicuplik dari Science Alert. 

Kemudahan dan kecepatan dari suntik jarum  mikro ini dapat lebih dikembangkan sehingga pemakaiannya bisa lebih meluas, kata para periset. Selain bisa bisa menghindarkan pemakaian jarum suntik konvensional (terutama bagi yang phobia jarum), keuntungan lainnya, mekanisme proses penyuntikkannya bisa mandiri, tanpa perlu membuat janji untuk suntik vaksinasi dengan dokter atau perawat.

Hal ini disebabkan jarum mikro yang juga bentuk jarumnya pendek hanya perlu tusukan di bawah permukaan kulit luar (transdermal), dibanding suntikkan vaksin konvensional yang tusukannya jauh lebih dalam (subcutaneous).

Obat ini secara langsung tersebar ke dalam sel imun, yang mana sangat sempurna untuk proses vaksinasi. Hasil yang lebih efisien dan efektif ini, menjadikan dosis vaksin yang dipakai pun bisa lebih sedikit.  

Dalam tes laboratorium pada tikus, para periset menemukan bukti jika suntikan jarum mikro itu menghasilkan sel T, dan antigen yang spesifik pada respon antibodi yang lebih kuat 50 kali dari suntikan vaksin umumnya.  

Tim riset mengatakan, desain jarum suntik mikro ini dapat dipakai pada sejumlah vaksinasi, mulai dari flu, campak, hepatitis, dan bahkan COVID-19. Tidak ada penanganan khusus juga pada proses distribusi, seperti ditempatkan dalam kotak pendingin. Selain itu, dalam prosesnya nanti, bahkan dapat dikombinasikan dengan sejumlah obat lain pada indikasi yang sama.

Meskipun belum benar-benar diujicobakan pada manusia, namun hasil yang diperlihatkan pada tubuh tikus sangat menjanjikan untuk memberi hasil yang sama pada manusia. Sehingga diharapkan dalam pengembangan selanjutnya, menjadi salah satu alat dalam menghadapi pandemi atau epidemi lain di masa depan.

Para ahli juga dikabarkan tengah melihat kemungkinan desain jarum suntik mikro ini bisa diaplikasikan pada jenis vaksin RNA (termasuk vaksin COVID-19 dari Pfizer dan Moderna).  

banner