Warga Jakarta dan barangkali warga kota lainnya di tanah air mulai was-was mencermati curah hujan yang meninggi beberapa hari terakhir. Di Jakarta saja, air hujan mulai menggenangi beberapa wilayah bahkan sampai puluhan sentimeter membanjiri area pemukiman dan ruas jalan. Banjir bukan satu-satunya kemurkaan alam, yang kalau ditelaah lebih dalam kita sendirilah sumber penyebabnya. Bumi pertiwi ini sudah memanjakan kita berabad lamanya dengan menyediakan segala sumber alam yang terus kita eksploitasi sampai hari ini atas nama kesejahteraan dan kemakmuran. Tapi sumber alam ada batasnya dan jika kita tidak pandai memanfaatkannya akan menuai bencana.
Berangkat dari pemikiran inilah kalangan bisnis di Indonesia sudah harus bertindak bagaimana mengelola bisnis yang tidak hanya semata mencari profit namun juga memikirkan pertimbangan etika, sosial, dan lingkungan. Ketiga pilar tersebut menjadi acuan tata laku bisnis yang baik dewasa ini. Semakin terbatasnya lahan dan meningkatnya persaingan, sebuah perusahaan harus memikirkan bagaimana mencari keuntungan sekaligus menjaga keberlanjutan usahanya. Pilar pertimbangan etika, sosial, dan lingkungan inilah menjadi dasar praktik bisnis sebagaimana yang menjadi konsep umum Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR).
Tahun 2005 menjadi tonggak CSR di Indonesia dimana untuk pertama kalinya National Center for Sustainability Reporting (NCSR) menyelenggarakan penilaian kepada perusahaan yang telah mengembangkan laporan keberlanjutan dan CSR. Memasuki tahun ke-9 pada 2013 lalu, kompetisi ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Lebih dari 30 perusahaan berpartisipasi pada ajang ini. Para peserta sudah bertransformasi bukan saja perusahaan berbasis energi yang notabene adalah core domain eksplorator lingkungan, tetapi perusahaan dari sektor consumer goods, infrastruktur, dan perbankan turut ambil bagian.
Menurut Ali Darwin, Ketua NCSR yang dilansir pada website NCSR menungkapkan bahwa misi kontes ini bertujuan untuk mendorong serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sustainability reporting di Indonesia serta memberikan penghargaan bagi perusahaan yang telah menerbitkan laporan keberlanjutan pada laporan tahunan mereka. Penilaian merujuk pada kaidah CSR yang diusung Global Reporting Initiative (GRI) berbasis di Belanda. Berbagai kategori yang dilombakan diantaranya adalah Best Sustainability Report, Best CSR Disclosure in Annual Report, Best Sustainability/CSR Communication in the Website, dan Commendation for First Time Sustainability Report (bagi perusahaan yang baru pertama kali membuat laporan).
Catatan menunjukan bahwa sampai akhir tahun 2013 sebanyak 50 perusahaan sudah membuat laporan keberlanjutan/CSR, namun jumlah ini masih jauh dibawah jumlah perusahaan terbuka yang tercatat pada bursa efek apalagi jika dibandingkan dengan jumlah seluruh perusahaan yang ada di Indonesia. Namun demikian, langkah ini perlu mendapat dukungan agar terus berkembang sehingga praktik etika bisnis dan tata laku bisnis yang baik semakin berkesinambungan.
Meningkatnya animo peserta dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa ajang Indonesia Sustainability Report Award ditengarai sebagai momentum yang tepat untuk meningkatkan kesadaran perusahaan mengenai keharusan memasukkan tanggungjawab sosial perushaan sebagai bagian integral strategi bisnis. Tidak hanya mengejar keuntungan semata tetapi juga mengedepankan etika, turut memberdayakan dan mensejahterakan ekonomi masyarakat setempat serta menanamkan keberpihakan pada alam dan lingkungan.
Semoga kita tidak hanya pandai meninggalkan jejak kepada penerus ~yang acapkali bernoda~, tetapi yang terpenting adalah bagaimana menjadikan bumi ini sebagai wahana yang masih terus dapat dijejaki dan dinikmati oleh generasi mendatang.
Arif Mustolih. Ketua National Center for Sustainability Reporting (NCSR)