“Anak-anak jadi senang belajar dan aktif. Saya mengajari mereka cara mengukur jarak dari rumah ke sekolah menggunakan ‘othok-othok’,” ujar Kiswanto.
Jakarta – MajalahCSR. Pak Kiswanto terlihat asyik mengajari anak-anak Sekolah Dasar (SD) 169/V Desa Cinta damai, Kecamatan Renah Mendaluh, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, cara membuat alat untuk mengukur jarak dari rumah hingga sekolah. Alat tersebut terbuat dari barang bekas seperti tutup kaleng bekas dan kardus. Alat itu dibuat sedemikian rupa dan seperti mobil-mobilan yang didorong sehingga sekali waktu berbunyi tok..tok.. menandakan ukuran per satu meter.
Sederhana sekali memang, alat yang digunakan tidak terbuat dari bahan yang mahal, perlu waktu untuk membuatnya, namun mampu menghasilkan cara pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak SD. Hasilnya, masing-masing anak tinggal menghitung berapa kali tok berbunyi dari rumahnya hingga ke sekolah.
Walaupun anak-anak senang, nyatanya orang tua mereka seringkali mempertanyakan, kenapa sekarang anak mereka sering disuruh membawa barang bekas seperti kardus? Sehingga mereka pun bertanya kepada guru di SD 169. Setelah mengetahui jawaban dan hasil yang terjadi pada anak-anak, orangtua malah mendukung. Bahkan senang karena tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli alat-alat praktek bagi anaknya.
Itulah salah satu cara pembelajaran yang dilakukan oleh Kiswanto, guru teladan se-Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, tahun 2014. Tak heran jika gelar ini disematkan kepada pria ini, cara berbicaranya atraktif, memang membuat orang segera memperhatikan, apalagi logat jawanya yang kental, seringkali membuat orang tertawa.
Apa yang dilakukan oleh Pak Kiswanto ini adalah hasil dari pelatihan dari Tanoto Foundation. Lembaga nirlaba ini memberikan pelatihan berupa pengetahuan dan pelatihan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dengan perubahan kurikulum yang cepat.
“Apa yang harus menjadi pengetahuan dan keterampilan atau kemampuan dasar guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang baik, sehingga siswanya menjadi lebih pintar, cerdas dan prestasinya lebih naik,” ujar Program Manager Pelita Pendidikan Tanoto Foundation, Rahmat H. Setiawan, Rabu (22/2).
Pendidikan merupakan salah satu pilar yangdipercaya bisa memutuskan rantai kemiskinan secara permanen oleh Tanoto Foundation. Sasarannya adalah Sekolah Dasar yang dipersiapkan untuk mampu berdaya dan mandiri.
Untuk menentukan sekolah mana yang akan dibantu, dilakukan tinjauan langsung ke sekolah dan melihat apa yang bisa dibantu untuk membuat sekolah tersebut mandiri dan berdaya. Menurut Rahmat, setelah mereka mandiri dan berdaya maka mereka akan berkembang sendiri mencari mitra, mengidentifikasi masalah, mengatasi masalah dan mampu terus menerus bekerja sama dengan mitranya secara berkelanjutan.
“Intinya founder kami, yaitu Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto, merasa bahwa akan tidak bermanfaat kalau kita membantu sekolah yang jauh dari pandangan atau jangkauan tapi sekolah yang persis ada di pagar kita menderita,” jelas Rahmat.
SD dipilih daripada SMP dan SMA karena jumlah SD yang sangat banyak, serta perubahan paradigma yang dianggap masih bisa terjadi adalah pada tingkat SD. Sedangkan tingkat SMP dan SMA dianggap sudah terpengaruh oleh budaya, teknologi dan lainnya.
Sejauh ini, dari 4400 SD di wilayah operasional mitra Tanoto, baru 446 SD yang dibantu, yaitu di Provinsi Sumatera Utara, Jambi dan Riau. Pasalnya, selain keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki Tanoto Foundation, jarak antar desa yang didalamnya terdapat SD lumayan jauh, sekitar 10km.
Tanoto Foundation mempunyai dua program besar di bidang pendidikan, yaitu program beasiswa untuk murid dan mahasiswa dalam upaya meningkatkan akses terhadap pendidikan dan program Peningkatan Kualitas Pendidikan (Pelita Pendidikan) ini. Untuk program Pelita Pendidikan, Tanoto Foundation mendukung dua tingkatan sekolah, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan SD.
Kegiatan yang dilakukan oleh Tanoto Foundation ini dipaparkan pada acara CCPHI. CCPHI adalah organisasi non-profit yang mempromosikan dan memfasilitasi kemitraan antara perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintah lokal untuk masyarakat yang sehat dan berkelanjutan.
Tim CCPHI dan pengurus memiliki pengalaman bekerja dengan organisasi di semua sektor dengan berbagai isu pembangunan, termasuk kesehatan, pendidikan keragaman, kesetaraan jender, dan pengembangan masyarakat. Pengalaman kami meliputi pelatihan, penelitian, berjejaring dan membangun kemitraan, pembuatan kebijakan dan advokasi ke komunitas akar rumput.