banner
Executive Assistant to President Director PT Asia Pasific Fibers Tbk, Prama Yudha Amdan
Tokoh

Prama Yudha Amdan

1995 views

Hubungan vertikal antara perusahaan dengan masyarakat bisa menyelamatkan perusahaan. Executive Assistant to President Director PT Asia Pasific Fibers Tbk, Prama Yudha Amdan meyakini hal ini berdasarkan pengalamannya. Pernah perusahaan tempatnya bekerja mengalami penurunan kinerja, namun apa yang terjadi? Para konsumen bahu membahu untuk turut menyelamatkan perusahaan berdasarkan faktor percaya.

Yudha yang menganggap konsumen dan masyarakat adalah stakeholder perusahaan juga merasakan pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan. Dengan CSR yang benar, maka akan tercipta hubungan vertical tadi. Namun CSR bukan dengan filantropi, melainkan dengan sosial.

“Kami khawatir ketika vertikal relation antara bisnis dan sosial tercipta karena sumbangan, ketika bisnisnya koleps, masyarakat akan susah menerima,” ujarnya.

Apa saja pengalaman menarik pria ramah ini? MajalahCSR.id berkesempatan untuk berbincang santai beberapa saat lalu. Berikut petikannya;

Bagaimana sejarah pendidikan dan pekerjaan anda?

Saya menuntaskan pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Komunikasi UNPAD angkatan 2008. Fokusnya justru di komunikasi interpersonal karena skripsi saya waktu itu adalah komunikasi lintas sosial.

Tahun 2011 mulai magang di konsultan komunikasi, kemudian tahun 2012 lulus dan langsung ditarik di konsultan komunikasi Kiroyan Partner. Di situ saya pertama kali mendapat terpaan komunikasi strategis dan  CSR.

CSR itu isunya Corporate, sehingga saya rasa ilmu komunikasi saja tidak cukup. 2015 awal saya mengambil Magister di Bisnis Administration di ITB, moga-moga tidak lama lagi selesai. Jadi biar seimbang antara komunikasi dan manajemen.

Apa pendapat Anda mengenai CSR?

Menurut saya orang itu lupa, CSR itu adalah license yang paling penting, tapi tidak ada sertifikatnya. CSR adalah how to presented our company to social responsible.

Kita tahu operasi perusahaan tidak hanya esensi operasi bisnis saja tapi juga dukungan dari lingkungan sosial. Dengan tanpa CSR pun sebenarnya, korporasi yang baik harus bisa memperhatikan lingkungan sosialnya dan bertanggung jawab. Seperti kalau kita datang di suatu tempat, lingkungan sosial itu pasti paling terdampak terhadap operasi kita.

Jadi bagaimana CSR itu?

Sebetulnya CSR itu kajian yang terus berjalan, itu pertama. Kedua, CSR itu kan muncul terus seiring dengan aktivitas korporat. Sinergi pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat harus ada.

Sejauh ini kasarnya masih sendiri-sendiri. Masyarakat masih mendefinisikan CSR itu uang, sebagian pemerintah pun mengaminkan itu. Sekian persen dari revenue, sekian

persen dari profit untuk budget CSR. Padahal tujuannya tadi sosialnya adalah responsible, bisa saja saling memahami tanpa bertransaksi uang.

Melihat CSR di Indonesia pada prakteknya seperti apa?

CSR seringkali terjemahannya diartikan sebagai bagi-bagi uang, filantropi dan segala macam. Padahal melihat definisinya, CSR tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sosialnya. Bisa dalam bentuk filantropis, tapi lebih ke nilai tambah yang bisa diberikan ke lingkungan sosialnya.

Dalam prakteknya kita seringkali menerjemahkan simpel, bahwa CSR adalah bagi-bagi duit, ini yang menurut saya harus di redefinisikan. Untung atau tidak setiap perusahaan, dia punya tanggung jawab terhadap sosialnya. Tapi tanggung jawab ini tidak harus didefinisikan sebagai uang.

Ibarat kita bertetangga, kalau kita masak dirumah pasti tercium bau masakan ke tetangga. tanggung jawab moral kita, kalau ada lebihnya kita sebaiknya memberikan kepada tetangga kita.

Jadi definisi bahwa CSR itu charity, sangat salah sekali.

Bagaimana CSR di PT Asia Pasific Fibers?

CSR di perusahaan kami masih cenderung ke arah filantropis, tapi kita mulai meredefinisikan lagi. Bisnis itu kan tidak abadi, ada naik turunnya, jadi kalau kita membiasakan memberi uang, itu jadi kewajiban. Padahal itu sebenarnya bukan kewajiban bagi kita, tapi sebagai bagian dari pembentukan hubungan baik tadi.

Adakah perubahan strategi CSR PT Asia Pasific Fibers kedepan?

Kita sebenarnya ingin menciptakan suatu ekosistem dimana masyarakat dan perusahaan memiliki sinergi yang sangat baik, tidak sebagai pemberi dan penerima. Kita sedikit-sedikit merubah ke arah itu.

20 tahun kebelakang CSR masih didefinisikan sebagai filantropi. Kami khawatir ketika vertikal relation antara bisnis dan sosial tercipta karena sumbangan, ketika bisnisnya koleps, masyarakat akan susah menerima. Tapi ketika ikatan sosial tercipta karena kewirausahaan, saat bisnis kita bangkrut, mereka akan tetap sustain. Jadi tidak stop and go.

Ada pengalaman menarik tentang selama melakukan CSR?

Ada. Kalau anda akan melakukan suatu kegiatan CSR, jangan sekali-kali anda bilang orang CSR. Definisi CSR di masyarakat adalah uang, CSR itu adalah bangun jalan, mobil baru. Jadi kalau anda mau membuat aktivitas CSR, hindari menggunakan kata-kata CSR.

Apakah ada dampak kepada perusahaan setelah melakukan CSR?

Tentu ada, salah satu stakeholder utama kita adalah buyers, salah satu stakeholder utama kita adalah masyarakat yang bekerja. Ketika perusahaan sedang turun, merekalah yang datang untuk membantu perusahaan naik lagi.

Itulah vertikal relation tadi antara perusahaan dengan stakeholdernya tadi, dengan penerima dampak sosial dari perusahaan itu.

Maksudnya?

Ketika kita dihadapkan dengan krisis yang melibatkan keuangan dan membutuhkan dukungan dari pemerintah, justru yang membela adalah stakeholder-stakeholder kita tadi.

Saya rasa CSR sangat efektif untuk mempertahankan perusahaan. Jadi ide bahwa CSR adalah cikal bakal dari sustainability saya sangat setuju, karena perusahaan tidak akan berjalan sendiri tanpa bantuan masyarakat.

Makanya perlu dibangun vertikal relation, karena tidak selamanya perusahaan bisa memberikan energi kepada masyarakat, malah masyarakat yang memberikan energi kepada perusahaan.

Lalu apa peran dari pemerintah dalam CSR?

Interaksi pemerintah adalah sebagai regulator, bukan sebagai instruktur dalam mendefinisikan CSR. Seharusnya mereka membantu menerjemahkan bahwa CSR itu lebih ke sosial.

banner