Jakarta – Majalahcsr. Pemerintah menargetkan mengurangi sampah plastik hingga 70 persen pada akhir 2025 mendatang. Namun kenyataannya, masyarakat masih menganggap enteng masalah sampah dan hanya mengandalkan petugas sampah, paradigma yang berkembang masih kumpul-angkut-buang.
Menurut data KLHK, di tahun 2015 saja sumbangan sampah terbesar dari rumah tangga sebesar 64 juta ton/tahun dari total sampah nasional. Permasalahan sampah yang tidak terpisah menurut jenisnya memang menjadi persoalan utama sampah di Indonesia.
Majalahcsr.id berkesempatan untuk mengulik mengenai komunitas Get Plastic melalui Nike Vonik, salah satu penggeraknya. Apa istimewanya komunitas ini? Berikut petikannya ;
Apa yang melatar belakangi ide membuat komunitas Get Plastic ini?
Sebelum adanya Get Plastic yang berdiri tahun 2017, Dimas Bagus Wijanarko salah satu pendiri Get Plastic sebetulnya sudah melakukan riset dan eksperimen pembuatan alat pengolahan sampah plastik menjadi BBM dari tahun 2014. Inisiatifnya muncul untuk melakukan eksperimen ini berdasarkan diskusi dengan seorang teman yang bernama Rumi yang pernah melakukan riset serupa tetapi tidak diteruskan.
Prototipe pertama masih banyak kekurangan jika dibandingkan dengan alat yang sekarang, dan akhirnya alat yang terakhir tidak lagi mengeluarkan asap dan bau.

Presentasi penggunaan alat di depan Koramil Kota Bandung. Dok. Get plastic
Siapa saja penggagasnya?
Get Plastic didirikan oleh beberapa organisasi yaitu Jong Nusantara, Hutan Jakarta dan Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial (LKPS).
Kenapa plastik?
Berdasarkan proses yang dilalui Get Plastic, kemudian concern utama Get Plastic adalah mengenai sampah plastiknya. Karena seperti yang kita ketahui plastik merupakan jenis sampah yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Dibutuhkan hingga 500 tahun agar plastik tersebut hancur dan terurai di alam. Sementara habit penggunaan plastik masih jauh dari kata bijak, rata-rata kantung plastik hanya digunakan 25 menit saja.
Dari mana sampah plastiknya?
Dari warga yang diajak untuk mengumpulkan sampah plastik dan mengolahnya dengan alat pengolahan sampah plastik yang dihibahkan kepada mereka untuk menjadi BBM. Sehingga bisa digunakan sebagai bahan bakar genset sebagai generator listrik/penerangan.
Dari mana mendapat pengetahuan tentang pengolahan plastik menjadi BBM?
Browsing, diskusi, melakukan uji coba
Sudah dimanfaatkan?
Dengan alat tersebut, Dimas dan beberapa orang melakukan pemanfaatan alat ke 13 rumah yang belum teraliri listrik, Desa Cibuntu, daerah Bogor.
Modalnya dari mana?
Bermodalkan kemampuan membuat alat pengolahan sampah plastik tersebut Dimas dan teman-teman melakukan penggalangan dana melalui Kitabisa.com, sehingga terkumpullah sejumlah uang yang digunakan untuk membuat alat pengolahan sampah plastik, genset dan perlengkapan instalasi listrik.
Apa yang dilakukan oleh komunitas?
Memberikan edukasi, membuat alat pengolahan sampah plastik, community development, stakeholder engagement, advokasi kebijakan, pengenalan program dan meminta dukungan dari KSP (Kantor Staf Presiden)

Pengenalan program dan meminta dukungan dari KSP (Kantor Staf Presiden). Dok. Get plastic
Apakah sudah dijual bebas? Karena sudah diuji, bisa menjadi bahan bakar motor vespa
Get Plastic tidak menjual BBM yang dihasilkan, karena tentunya hal ini bertentangan dengan UU Migas. Oleh sebab itulah dalam programnya Get Plastic menekankan kepada pengelohan sampah plastik berbasis masyarakat.Untuk menghindari penjulan BBM ini. Jadi bahan baku BBM (sampah plastik) dari warga dan kembali digunakan oleh warga.
Apakah alat ini sudah dipatenkan?
Saat ini sedang dalam proses mematenkan alat ini
Apakah sudah ada CSR dari perusahaan yang support komunitas? Adakah benefit yang ditawarkan?
Hingga saat ini belum ada, sejauh ini untuk mendanai kegiatan Get Plastic kami melakukan patungan dan donasi personal dari tim Get plastic.

Workshop pengolahan sampah di Keboen Kopi Karanganyar, Blitar. Dok.Get Plastic