Jakarta – MajalahCSR. Meski mengharapkan ada beberapa startup dari inkubator yang IPO, namun bursa tidak mempermasalahkan jika akhirnya mereka memutuskan tidak go public. Bagi bursa yang penting perusahaan tersebut maju, PT berdiri, idenya terlaksana, dan membangun tenaga kerja, bayar pajak dengan benar.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan, terinspirasi oleh Start-up hub (SUP46) yang menjadi inkubator komunitas start-up di Stockholm, Swedia, inkubator yang berlokasi di Gedung Bapindo ini dapat menampung 20 startup, di mana masing-masing startup hanya boleh diisi dua orang. CSR (corporate social responsibility) bursa ini juga mengenakan biaya kepada masing-masing maksimal Rp 1 juta untuk bisa menggunakan gedung perkantoran Bapindo.
“Harus kita kenakan supaya mereka ada dorongan untuk berkembang. Biaya tersebut sudah termasuk makan, minum kopi atau teh, dan juga wifi gratis,” jelasnya kamis (26/1).
Banyak anak muda Indonesia yang menurut Tito punya ide tetapi tidak punya modal dan pengetahuan untuk mengembangkan idenya. Seperti halnya ‘bayi’, di inkubator nanti mereka akan diajarkan dari awal, misalnya aspek hukum, penyusunan laporan keuangan, membuat PT, mencari modal, bahkan sampai memperkenalkan mereka dengan angle investor.
Dikatakannya, saat ini perusahaan startup memang sedang menjamur di Indonesia sehingga butuh dukungan agar bisa bertahan hidup agar bersaing dengan kompetitor asing dan lebih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Indonesia dengan potensi pasar yang sangat besar menurutnya juga tidak boleh kalah dan harus lebih maju dibandingkan negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand.
Vice President Privatization Startup-SME and Foreign Listing BEI Saptono Adi Junarso menambahkan, selama enam bulan dalam inkubator mereka akan diberikan bimbingan (mentorship), tempat kerja (working space), akses kepada pendanaan, dan acara-acara yang mempertemukan mereka dengan calon investor.
Program ini jelasnya terbuka untuk semua level, mulai dari yang masih berbentuk ide, sampai perusahaan yang mengarah masuk ke pasar modal. Bursa memang memberikan relaksasi untuk operasional perusahaan yang mungkin bukan berusia dua tahun atau hanya di ide, lalu balanced baru pembukaan saja. Namun tidak ada relaksasi yang akan diberikan dari sisi legal dan administratif serta harus diaudit.
“Pokoknya kita cari yang banyak anak mudanya dan banyak ide-ide menarik. Kalau di Bandung kita sudah punya kantor perwakilan jadi bisa semakin cepat,” jelas Saptono.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menambahkan, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang melakukan penyiapan regulasi terkait start-up company dan UKM melakukan pencatatan saham di bursa. “Regulasi akan dibuat nantinya, artinya kita memberikan kesempatan untuk perusahaan tersebut masuk (ke lantai bursa),” ucapnya.
Selain Jakarta, BEI menargetkan untuk membuka hal serupa di Bandung, Surabaya, Medan, dan Semarang.