MajalahCSR.id – Jejak karbon di Industri penerbangan terhitung tinggi mencapai 12% dari total emisi CO2. Pesawat udara memang butuh bahan bakar (BB) dalam jumlah banyak, sehingga tak heran emisinya pun menjadi demikian besar.
Solusinya tak mudah sebab pesawat sulit ditenagai listrik lantaran tak bisa menggendong batere besar sebagai sumber energi. Sampai kemudian tim dari Universitas Oxford menemukan jalan keluarnya. Mereka menemukan cara membuat BB pesawat tanpa minyak. Caranya dengan memproses CO2 dalam eksperimen di lab.
Yang selanjutnya dilakukan para insinyur kimia itu adalah metode untuk produksi masal. Jika sudah begitu industri penerbangan tak lagi meninggalkan emisi dan dampak ekonominya mengubah emisi (CO2) kembali menjadi BB.
Joshua Heyne, professor teknik kimia dari Universitas Dayton mengatakan, penemuan ini jelas membuat perbedaan, dan sepertinya bisa dilakukan. Memperbesar produksi selalu jadi isu menarik, dan pastinya ada kejutan lain saat melakukannya.
“Dalam konteks solusi jangka panjang, ide ekonomi sirkular karbon ini akan menjadi bagian masa depan,” tutur Heyne.
Ada opsi lain sebenarnya seperti hydrogen hijau yang juga memakai energi terbarukan, namun butuh memodifikasi desain pesawat. Selain itu ada pula alternatif hijau lain. Bandara San Fransisco memiliki BB yang berasal dari minyak jelantah. Namun meskipun bisa memicu gas rumah kaca yang sangat kecil, tetap saja tak bisa bebas dari emisi.
Di pihak lain penemuan CO2 sebagai BB lebih menjanjikan untuk energi pesawat yang benar-benar tanpa emisi. Proses modifkasi dilakukan menggunakan katalis besi (reaksi kimia) untuk membalikkan CO2 (dalam bentuk cair) menjadi BB jet.
Tiancun Xiao, pemrakarsa studi dan periset senior di Departemen Kimia, Universitas Oxford, menuturkan, “Perubahan iklim kian cepat, dan ada ancaman emisi karbon yang besar. Sementara infrastruktur BB hidrokarbon sudah ada. Proses (CO2 jadi BB) ini dapat membantu mengatasi perubahan iklim dan memannfaatkan infrastruktur karbon pengembangan keberlanjutan.”
Saat minyak atau gas alam terbakar, hidrokabonnya berubah jadi CO2, dan dalam prosesnya ada pelepasan air dan energi. Eksperimen yang dilakukan memakai metode pembakaran ‘organik’ untuk membalik CO2 kembali jadi BB fosil. Biaya yang digunakan bahkan jauh lebih murah dari metode BB hidrogen karena konsumsi listrik yang rendah.