MajalahCSR.id – Jika anda ingin memprediksikan ke mana arah industri bisnis global terkait kebijakan energi terbarukan di tahun depan, cukup sederhana jawabannya. Perhatikan saja rencana target perusahaan teknologi raksasa.
Perusahaan teknologi raksasa seperti Amazon, Apple, Facebook, Google, hingga Microsoft, sejak lama menjadi yang terdepan dalam pengadaan energi terbarukan. Lebih dari 5 tahun lalu perusahaan ini membelanjakan budget yang mumpuni untuk energi listrik terbarukan dan mereka memanfaatkan kekuatan daya belinya yang kuat untuk mengubah praktik bisnis mereka sebelumnya. Mereka selalu memasang target terkait tujuan konsumsi energi perusahaan yang “renewable”. Tiap tahun mereka bahkan menaikkan targetnya tersebut.
Tahun 2021 yang tak lama lagi dilalui, seperti dikutip dari Greenbiz, LevelTen merangkum prediksi langkah dan target perusahaan raksasa teknologi dunia dalam pengadaan energi terbarukan mereka. LevelTen adalah platform lembaga jasa konsultan energi terbarukan di AS.
- Keadilan sosial menjadi pertimbangan utama
Gerakan Black Lives Matter yang terjadi di tahun ini mengirimkan “riak sosial” pada ruang direksi perusahaan. Perusahaan tidak saja memandang lebih dalam terhadap keragaman karyawannya, mereka juga mengevaluasi kembali bagaimana mengadvokasi soal keadilan sosial melalui praktik bisnis mereka.
Terkait energi terbarukan, Microsoft mempunyai model inovasi yang bisa diikuti perusahaan lain. Pada Juli lalu, Microsoft berkomitmen mengembangkan portfolio 500 megawatt proyek energi surya untuk menyokong komunitas yang kesulitan ekonomi di AS. Perusahaan milik Bill Gates ini bekerja sama dengan pemimpin lokal dan memprioritaskan unsur minoritas serta perempuan pemilik bisnis.
Microsoft juga berencana untuk membantu komunitas yang disebutnya secara ekonomi tak mendapat pasokan energi, yang terdampak polusi atau tak mendapat akses pada transisi energi yang lebih bersih.
Namun bukan hanya Microsoft saja, ada banyak perusahaan lain yang meminta LevelTen untuk mengevaluasi kriteria keadilan sosial untuk pengadaan proyek energi terbarukannya. Konsumen LevelTen tersebut tidak hanya ingin tahu dampak positif proyek mereka terhadap komunitasnya – seperti menurunkan polusi, menghasikan pajak pendapatan dan menciptakan lapangan kerja – mereka juga ingin tahu bagaimana pengembangan proyek memperlakukan karyawan secara positif, termasuk mendukung keberagaman dan pemberian gaji yang adil.
- Akan lebih banyak perusahaan yang menerapkan 100% energi terbarukan
Target awal perusahaan raksasa tersebut adalah penghasil nol emisi karbon. Selanjutnya 100 persen energi terbarukan. Lantas mencapai emisi karbon negatif. Google adalah salah satu contoh yang target baru perusahaannya adalah 100% energi terbarukan setiap jam dan setiap hari.
Perusahaan bisa saja mengklaim mereka memakai 100% energi terbarukan dengan membeli energi bersih untuk menutupi basis kebutuhan mereka dalam setahun bukan dalam jam. Dengan kata lain, 100 persen energi terbarukan berarti dalam setiap jamnya perusahan memakai energi lebih banyak dari energi terbarukan yang mereka beli.
Jadi, meskipun perusahaan bisa mencapai tujuan 100 persen terbarukan, energi fosil masih tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga anda bisa menyaksikan video di Youtube, belanja online di Amazon, menulis email pada rekan kerja dengan Outlook, atau membuka Facebook pada malam hari. Setiap perusahaan teknologi berkontribusi pada hal ini.
Google malah berkeinginan untuk sama sekali mengeliminasi kebutuhan energi fosil bersama-sama. Caranya menyelaraskan kemampuan energi terbarukan dengan waktu konsumsi energi. Untuk menuju ke sana, perusahaan sudah mengembangkan teknologi terbaru menggantikan kebutuhan pasokan listrik pada pusat datanya yang disesuaikan dengan pasokan energi yang lebih terbarukan dan hijau.
Bersambung