banner
Tokoh

Nicky Hogan

2091 views

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Nicky Hogan ;

 

Usaha Kecil Menengah (UKM), perusahaan start up, diasramakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Nicky percaya, usaha yang berkelanjutan ini selain manfaatnya bagi UKM, tentunya akan kembali lagi ke bursa.

Seperti definisi Corporate Social Responsibility (CSR) menurutnya, “kalau perusahaan melakukan CSR, pada akhirnya manfaat pada CSR itu adalah kembali kepada kelangsungan hidup dari si perusahaan. Jadi kalau CSR yang dilakukan oleh bursa dari sisi investor, maka CSR yang dilakukan nanti akan kembali menjaga kelangsungan hidup dari pada perusahaan atau industri. Bukan hanya sekedar CSR yang hanya menanam pohon, terumbu karang dan lain-lain”.

Lebih lengkap mengenai upaya untuk keberlanjutan industri ini, MajalahCSR.ID berkesempatan mengobrol dengan pria ramah penghobi lari ini. Berikut petikannya ;

Program inkubator sebagai CSR dari BEI, bisa dijelaskan?

Konsep untuk inkubator bukan hal baru, diluar yang kita kemarin mulai.Sebenarnya diluar negeri juga sudah mulai berjalan, yang membedakanadalah, kemungkinan peserta inkubator itu, perusahaan-perusahaan start up,suatu saat menjadi perusahaan publik.

CSR identik dengan sustainability dari industri. Bursa menjaga kesinambungan industri itu dengan menjaga supaya demand dan suplai tetap terjaga selama-lamanya kalau bisa.

Maksudnya demand dan suplai?

Berbicara pasar modal selalu ada dua komponen utama, yaitu ada sisi suplai dan sisi demand. Permintaan dalam konteks dari sisi investor yang bertransaksi, yang berinvestasi di bursa. Penawaran adalah dari sisi perusahaan yang menjadi perusahaan publik atau yang melakukan Initial Public Offering (IPO).

Dalam konteks CSR yang kita lakukan dari sisi investor ada konteks inkubator. Sisi perusahaan-perusahaan yang go public supaya perusahaan-perusahaan yang kecil itu memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk suatu saat mereka menjadi perusahaan go public.

Artinya semua perusahaan yang masuk inkubator akan nantinya akan melantai di bursa?

Ini masa inkubator, masa memulai bisnis mereka. Kalau mereka sudah terpercaya, sudah ada klienbasenya, sudah ada revenue yang mencukupi, sebenarnya mereka sudah tidak butuh inkubator lagi. Justru ini diperuntukkan kepada perusahaan-perusahaan yang baru menata bisnisnya itu, kita bicara yang start up. UKM di Indonesia itu ratusan ribu di seluruh Indonesia.

Makanya tidak hanya di Jakarta, bursa juga akan membuka inkubator di Bandung. Bursa berharap mereka justru kedepan akan menjadi bagian dari bursa, artinya menjadi perusahaan publik.

Jika ada perusahaan yang sudah ‘lulus’dari inkubator itu, apakah pasar siap menerima?

Sebenarnya tidak ada hal yang perlu ditakutkan dari kondisi pasar dan lain-lain. Bursa justru menyiapkan inkubator itu tidak hanya dari mereka bisa melakukan kegiatan awal di tempat kita, tapi kemungkinan bursa juga memperkenalkan mereka kepada stratejik investor di kemudian hari.

Jadi konteksnya dilihat dalam konteks positif, jadi bukan malah jadi ajang mereka dirugikan dengan adanya inkubator.

Jadi akan ada calon investor yang dikenalkan?

Banyak skema bahwa kerjasama dengan para investor itu seperti apa pada saat masa inkubator. Bisa saja ada skema, pada saat go public, saham yang dijual berapa besar, tergantung kepada skema kebijakan masing-masing pihak. Tapi intinya bursa memfasilitasi bagaimana nanti investor bekerjasama dengan perusahaan start up.

Jadi mereka akan berinvestasi atau mencari dana di bursa nanti?

Lebih tepatnya mereka akan mencari dana, bukan berinvestasi. Mereka memulai kegiatannya dan lain-lain. Selama masa inkubator itu bursa menyiapkan tempat secara fisik. Mudah-mudahan Maret, paling lambat April sudah bisa operasional.

Kemudian selain tempat fisik, kita juga menyiapkan training dan coaching untuk proses mereka berkembang di inkubator itu. Sambil kita melihat kemungkinan ada investor atau stratejik partner untuk melihat prospek dari masing-masing perusahaan.

Kenapa menyasar UKM?

Kalau bicara UKM dan start up itu ada ratusan ribu di seluruh Indonesia. Kalau kita bicara 10% saja dari 100 ribu, kita sudah bicara puluan ribu. Itu perusahaan potensial untuk mendapatkan pendanaan dari potensial market dan untuk masyarakat berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang cukup menjanjikan.

Selain UKM, apakah investor retail juga ikut menjadi sasaran?

Tadi kita bicara konteksnya suplai dari perusahaan publik. Kalau dari sisi demand atau investor, sebenarnya sejak 2015 akhir desember, bursa sudah melakukan kampanye yuk nabung saham. Itu adalah bagian dari bursa untuk mencoba menanamkan bahwa berinvestasi itu sebenarnya sesuatu yang sangat sederhana, bahkan kita tidak menggunakan kampanye investasi tetapi memakai kampanye yuk nabung saham yang betul-betul masyarakat merasa nyaman, karena nabung itu sesuatu yang bisa dilakukan, tapi sekarang konteksnya nabungnya saham, bukan uang di bank.

Kita melakukan kampanye bahwa saham itu sederhana dan tidak musti berisiko kalau kita tahu kelengkapannya dan saham bukanlah sesuatu yang mahal. Banyak perusahaan sekuritas dan manager investasi saham dan reksadana yang menjual bahkan Rp50ribu seseorang sudah bisa menabung di reksadana atau saham.

Ada perkembangan dari kampanye itu?

Perkembangannya sejak mulai kampanye, ada pertumbuhan jumlah investor lebih dari 20%.Ada tambahan sekitar 100ribu dari 430 ribu menjadi 530 ribu per akhir 2016.

Secara nilai?

Kalau kita bicara nilai transaksi tahun lalu bursa mengalami kenaikan yang tinggi. Pencapaian rekor transaksi harian rata-rata per tahun pada 2016 Rp7,5 triliun per hari. Jauh diatas target yang ditetapkan yaitu Rp6,5 triliun.

Memang didukung juga oleh tax amnesty. Tapi kembali kepada pertambahan jumlah investor dan investor yang aktif bertransaksi juga mengalmai kenaikan. Kita targetkan 2017 naik investor baru 20% termasuk juga investor yang aktif bertransaksi.

Kemudahan apa yang ditawarkan untuk investasi?

Kita tahu kondisi sekarang, berbicara sosial media memiliki kekuatan yang luar biasa dalam segala hal. Information Technologi (IT) sangat mendukung perkembangan bursa. Mulai dari dulu ada floor trader, saat ini sudah tidak ada, dilakukan secara online dan mobile trading.

Jadi kesempatan bahwa kemajuan teknologi membuat segala hal sangat mudah, 10 tahun lalu menjadi investor butuh 25 juta. Sekarang bahkan dengan Rp100 ribu pun seseorang bisa membeli saham atau reksadana. Itu kesempatan yang luar biasa untuk masyarakat.

Jadi momentum untuk kampanyenya dengan tagline yuk nabung saham dibarengi dengan aktivitas kita di sosial media yang aktif, kreatif, dan pelaksanaan event-event tidak hanya di sosmed tapi juga kegiatan ketemu langsung, seperti seminar, workshop.

banner